%A NIM.: 17103050085 Muhammad Choiruddin %O Pembimbing: Dr. H. Abu Bakar Abak, M.M %T TINJAUAN MAQASID Al-SYARI'AH TERHADAP PENETAPAN PERMOHONAN WALI ADLAL KARENA WETON JAWA DI PENGADILAN AGAMA NGANJUK. (STUDI KASUS PENETAPAN NO.008/PDT.P/2018/PA.NGJ.) %X Wali nikah menurut mayoritas ulama dan peraturan perundang-undangan di indonesia merupakan salah satu syarat sahnya suatu perkawinan. Sehingga perkawinan tanpa adanya wali dapat dikatakan tidak sah. Namun kenyataannya ada juga wali yang enggan/menolak untuk menikahkan anak perempuannya dengan alasan yang tidak dibenarkan oleh syara‟. Seperti halnya penetapan Pengadilan Agama Nganjuk No. 008/Pdt.P/2018/PA.Ngj. tentang wali Adlal karena weton Jawa, terdapat alasan bahwa wali pemohon menolak menikahkan pemohon dan calon suaminya karena menurut perhitungan weton Jawa antara keduanya tidak cocok. Dalam prakteknya, pengamalan tradisi perhitungan weton jawa banyak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat itu sendiri. Misalnya banyak dikalangan anak muda-mudi yang sudah saling mencintai gagal menikah lantaran hasilnya tidak cocok. Dewasa ini, banyak dikalangan anak muda memilih menyelesaikan masalah wali Adlal di Pengadilan Agama untuk memperoleh penetapan bahwa walinya adalah Adlal dan dapat menikah dengan berwalikan hakim. Menurut pemikiran teori Maqāṣid al-Syarī‟ah, pada dasarnya suatu penetapan hukum itu menghendaki terealisasinya hal-hal yang membawa kebaikan kepada manusia, dan menghindarkan manusia dari keburukan dan kerusakan. Berangkat dari suatu pemikiran teori tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui 1) Apa landasan hukum yang digunakan hakim 2) Bagaimana relevansi Maqāṣid al-Syarī‟ah terhadap penetapan permohonan wali Adlal tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), dengan sifat penelitian deskriptif analitik yakni mendeskripsikan penetapan Pengadilan Agama Nganjuk No. 008/Pdt.P/2018/PA.Ngj beserta segala pertimbangan hakim, dan menganalisisnya menggunakan pandangan Maqāṣid al-Syarī‟ah. Adapun pendekatan yang digunakan adalah Yuridis Empiris. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa jika dilihat dari sudut pandang Maqāṣid al-Syarī‟ah, penetapan permohonan wali Adlal yang dilakukan Pengadilan Agama Nganjuk memiliki relevansi dengan Hifzh al-Nasl. Karena dengan adanya wali yang menghalangi pemohon dan calon suaminya menikah, tentu juga menghalangi mereka untuk melestarikan generasi keturunan dengan jalan kebenaran. Disisi lain, jika pemohon dan calon suaminya tidak segera dinikahkan, ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya zina, bunuh diri, dan lain-lain. Selain itu, penetapan permohonan tersebut juga termasuk kedalam Hifzh al-Din, karena pernikahan merupakan sesuatu yang telah diperintahkan dengan tegas dalam Al-Qur‟an, misalnya dalam surat An- Nur (24) Ayat 32. Disisi lain, memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan dalam menikah akan menjunjung tinggi martabat manusia, sekaligus menyempurnakan kewajibannya kepada Tuhan %K Wali Nikah, Wali Adlal, Maqāṣid al-Syarī‟ah %D 2022 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib51019