@phdthesis{digilib51318, month = {January}, title = {BIDADARI DALAM AL-QUR?AN (Kajian Semiotika)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 16530015 Syafi'ah}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Dr. Adib Sofia, S.S., M.Hum}, keywords = {hermeneutik, bidadari, alqur'an, skatologi}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51318/}, abstract = {Tidak sedikit ayat-ayat dalam al-Qur?an yang berbicara mengenai eskatologi, salah satunya ialah ayat-ayat tentang bidadari. Namun, anggapan bahwa eskatologi merupakan salah satu persoalan yang dapat dikatakan mapan dan bebas dari kritik menjadikan persoalan ini jarang didekati secara filosofis-akademik. Padahal tanpa pemahaman yang komprehensif, seseorang mungkin akan membatasi gambaran menyenangkan tentang bidadari dari ayat-ayat tersebut dalam arti harfiah yang paling sempit, daripada memahaminya sebagai petunjuk kesenangan yang metaforis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas ayat-ayat tentang bidadari ini lebih mendalam, dengan mengajukan dua rumusan masalah: (1) Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat bidadari dalam al- Qur?an dengan menggunakan analisis semiotika Riffaterre? (2) Bagaimanakah hubungan intertekstual ayat-ayat bidadari dalam al- Qur?an dengan sya?ir jahiliyah? Penelitian ini merupakan pembacaan deskriptif analitis atas ayat-ayat bidadari dalam al-Qur?an dengan teori semiotika Riffaterre. Mengacu pada teori yang digunakan, terdapat dua langkah dalam melakukan pembacaan terhadap ayat-ayat tentang bidadari ini: Pertama, dengan melakukan pembacaan secara heuristik. Kedua, dilanjutkan dengan melakukan pembacaan secara hermeneutik. Pembacaan heuristik pada semiotika Riffaterre merupakan pembacaan pertama yang diarahkan pada analisis linguistik, yaitu dengan melihat bahasa secara mimetik dengan penggunaan bahasa sebagaimana fungsinya bahasa sehari-hari. Adapun pembacaan hermeneutik dilakukan dengan cara melihat bahasa tidak dengan bahasa mimetik, melainkan dengan melihatnya sebagai tanda semiosis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna ayat-ayat bidadari dalam pembacaan heuristik masih tersebar, terpecah, belum mendapat kesatuan makna, serta masih merupakan makna leksikal. Selanjutnya dalam pembacaan hermeneutik telah mendapatkan pemusatan makna dan makna-makna secara simbolik, menghasilkan hipogram potensial yang menunjukkan gagasan dari keseluruhan ayat-ayat bidadari dan menghasilkan hipogram aktual berupa syair-syair jahiliyah. Perempuan yang divisualisasikan dalam syair jahiliyah dengan sangat materialistis dibenahi oleh Al- Qur?an dengan gambaran bidadari surga yang tidak hanya cantik secara lahiriyah, namun juga cantik secara batiniyah.} }