TY  - THES
N1  - Pembimbing: Dr. H. Ahmad Baidowi, M. Si.
ID  - digilib51841
UR  - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51841/
A1  - M. Abdurrahman Wahid, NIM.: 1520511020
Y1  - 2019/08/19/
N2  - Dalam Islam, kepemimpinan merupakan amanah yang melekat pada diri
setiap muslim. Hadis Nabi yang menyatakan, ?Setiap kalian adalah pemimpin dan
akan dimintakan pertanggungjawaban dari kepemimpinannya?, merupakan
justifikasi atas adanya amanah itu. Hanya, persoalan kepemimpinan di tengah
umat Islam menjadi persoalan pelik dan tak pernah tuntas diperdebatkan ketika
melihat kepemimpinan dalam aspek yang lebih luas, terutama kaitannya dengan
kepemimpinan perempuan pada wilayah publik, khususnya kepemimpinan politik.
Apabila masa awal perkembangan pemikiran Islam, perdebatannya seputar
kelayakan pemimpin antara kaum Muhajirin Makkah atau kaum Anshar Madinah,
maka di abad modern perdebatannya berkisar pada layak tidaknya perempuan
sebagai pemimpin pada ranah pulik dalam perspektif agama.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menelusuri sumber-sumber yang berhubungan dengan pembahasan
kepemimpinan perempuan, perempuan dalam tafsir al-Qur?an, perempuan dalam
Islam, gender, epistimologi, dan data lainnya yang berkenaan dengan penelitian
ini. Penelitian ini menjadikan kitab tafsir al-Qur?an al-Majid an-Nur karya Hasbi
ash-Shiddieqy ini sebagai data primernya. Sementara itu, data sekundernya
diambil dari kitab-kitab, buku, jurnal, dan tulisan lainnya yang berkaitan. Proses
analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pembacaan dan
pengkajian data premier dengan menggunakan metode analitis eksplanatif yang
kemudian pemahaman yang diperoleh disampaikan. Pendekatan yang digunakan
penelitian ini adalah pendekatan gender sebagai alat analisisnya.
Temuan penelitian ini, Hasbi tidak sependapat apabila perempuan menjadi
pemimpin, karena baginya laki-lakilah yang berhak menjadi pemimpin bagi
perempuan, laki-lakilah yang diberi tugas untuk melindung kaum perempuan.
Itulah sebabnya, peperangan hanya diwajibkan kepada laki-laki, tidak kepada
kaum perempuan. Inilah yang menjadi dasar, mengapa kaum laki-laki
memperoleh bagian yang lebih banyak dalam harta warisan. Dalam konteks
kepemimpinan dalam ranah domestik pun yang pantas menempati posisi sebagai
pemimpin rumah tangga menurut Hasbi adalah laki-laki (suami), sedangkan istri
mengikuti pemimpinnya. Penyerahan kepemimpinan keluarga kepada laki-laki
sebagai pemimpin rumah tangga dianggap ideal, karena penyerahan tersebut
berangkat dari pertimbangan yang mengacu kepada perbedaan potensi jasmani
dan psikologi yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Namun yang perlu menjadi
catatan adalah kepemimpinan laki-laki atas perempuan dalam lingkup rumah
tangga tidak boleh bersifat otoriter. Allah memperingatkan dengan kekuasan dan
kebesaran-Nya supaya tidak menzalimi istri. Allah akan memberikan siksanya
kepada suami yang berlaku kurang baik terhadap istrinya. Kepemimpinan dalam
institusi keluarga merupakan kepemimpinan yang berdasarkan musyawarah,
bukan berdasarkan kesewenang-wenangan. Dengan demikian, sikap suami
terhadap istri bukan menguasai atau mendominasi melainkan mendukung dan
mengayomi.
PB  - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
KW  - Tafsir al-Qur?an al-Madjid an-Nur
KW  -  Perempuan
KW  -  Gender
M1  - masters
TI  - KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM TAFSIR AL-QUR?AN AL-MADJID AN-NUR KARYA HASBI ASH-SHIDDIEQY
AV  - restricted
EP  - 149
ER  -