%A NIM.: 19200012055 Muslimah %O Pembimbing: Ro’fah, BSW, M.A, Ph.D. %T MASKULINITAS DAN DISABILITAS: NEGOSIASI MASKULINITAS EKS KUSTA %X Maskulinitas merupakan konsep tentang peran sosial, perilaku, dan makna-makna tertentu yang dilekatkan pada laki-laki di waktu tertentu. Artinya, maskulinitas tidak bersifat statis dan dapat mengalami perubahan makna sesuai kondisi dan keadaan sekitar. Perubahan makna dan konstruksi maskulinitas salah satunya dialami oleh eks kusta. Eks kusta memiliki problem yang sangat kompleks mulai dari disabilitas fisik, sosial, psikologis bahkan spiritual. Selama ini anggapan yang tumbuh pesat adalah maskulinitas dan disabilitas itu bertentangan satu sama lain karena disabilitas dikaitkan dengan ketergantungan dan tidak berdaya sedangkan maskulinitas dikaitkan dengan menjadi kuat dan otonom, sehingga menciptakan dilema diantara keduanya. Fokus pada kajian disabilitas ini adalah pada disabilitas eks kusta. Selain dianggap bertentangan, kadangkala disabilitas ini juga dianggap sebagai krisis yang signifikan pada laki-laki. Dengan demikian, konstruksi budaya tentang disabilitas di satu sisi dan maskulinitas di sisi lain mengundang pertanyaan: Bagaimana pria disabilitas (eks kusta) menegosiasikan persimpangan dari dua kategori pengalaman sosial ini. Dialog mendalam antara maskulinitas dan disabilitas ini merupakan sebuah upaya untuk membentuk atau menggambarkan maskulinitas yang “alternatif”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer laki-laki eks penderita kusta, pengurus Perkampungan rehabilitasi kusta, istri dari informan eks kusta dan warga Donorojo. Dalam pemilihan subyek penelitian, penulis menggunakan metode purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun untuk membaca fenomena yang menjadi acuan dalam tesis ini kurang lebih dua teori digunakan secara sistematis yaitu konsep menurut Jewit yang melihat ada beberapa kontinum dalam maskulinitas dan teori Gerschick dan Miller yang dikenal dengan sebutan “Three R Framework”. Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam beberapa hal: pertama: konstruksi maskulinitas eks kusta di lihat dari konsep Jewit meliputi tiga tipe yaitu Tipe Gladiator Retroman, Tipe Clown of Boffont dan Tipe Protector. Konstruksi maskulinitas eks kusta masih mengikuti pola maskulinitas tradisional dimana memposisikan laki-laki sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, harus menikah dan memiliki keturunan serta terlibat dalam urusan sosial. Kedua, negosiasi maskulinitas eks kusta dianalisis dengan “Three R Framework” dari Gerschick dan Miller yaitu (reliance) kepercayaan, (reformulation) reformulasi dan (rejection) penolakan. (reformulation) reformulasi memiliki nilai yang lebih kuat diantara ketiganya karena reformulasi memiliki nilai solutif bagi laki-laki eks kusta agar mereka dapat kembali melanjutkan kehidupan sesuai dengan kemampuannya dan juga mampu bersanding dengan keidealan laki-laki menurut konstruksi kelelakian yang berlaku dalam masyarakat. Eks kusta masih menunjukkan maskulinitas tradisional yang ada di Indonesia dalam balutan sistem patriarki. Perubahan yang terjadi pada eks kusta bukan sebagai suatu perubahan sosial yang menyeluruh, tetapi suatu adaptasi dari kondisi kusta ke kondisi eks kusta untuk kembali hidup di masyarakat secara normal. %K maskulinitas; eks kusta; negosiasi maskulinitas %D 2022 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib52332