TY - THES N1 - Pembimbing: Dr. H. Uki Sukiman, M.Ag. ID - digilib52400 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52400/ A1 - M. Alghiffary, NIM.: 09110101 Y1 - 2014/06/19/ N2 - Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh pembaca. Selain itu, karya sastra juga merupakan gambaran dari realita sejarah pada masa tertentu, sebagaimana cerpen ?al-Iqab? yang terdapat dalam antologi cerpennya Musthafa Luthfi al-Manfaluthi, ?al-Abarat?. Cerpen ini menceritakan tentang hukuman dan latar belakang kesalahan yang dibuat para terdakwa (pembunuh, pencuri, dan pezina). Pembunuh, misalnya, ia mendapat hukuman mati karena dia telah membunuh seorang patih dengan sengaja. Dalam realita kehidupan, jarang ditemukan seorang pemuda membunuh patih. Ini merupakan tanda awal sebagai pintu untuk mengungkap tanda-tanda yang lain. Untuk mengungkap tanda-tanda dalam cerpen ini, peneliti menggunakan teori strukturalisme dan semiotiknya Peirce (ikon, indeks, dan simbol) dengan batasan masalah sebagai berikut: a) apa saja unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen ?al-Iqab??. b) apa makna unsur-unsur tanda yang terdapat dalam cerpen ?al-Iqab??. Peneliti menggunakan teori strukturalisme untuk memunculkan gambaran tanda-tanda yang masih tersembunyi. Gambaran ini didapatkan dari tema, alur, tokoh, latar, dan sudut pandang. Kemudian peneliti menyaring gambaran tersebut dengan menggunakan teori semiotik untuk mendapatkan tanda-tanda dalam cerpen ini. Ikon digunakan untuk menangkap tanda-tanda melalui persamaan tokoh dalam cerpen dengan tokoh dalam kehidupan nyata. Peneliti mendapatkan persamaan ini melalui sifat dan karakter dari kedua tokoh. Misalnya, sifat tokoh aku dengan tokoh nyata: penyendiri, pandai, kritis, dan membela yang benar. Dengan cara ini, peneliti menetapkan enam tokoh dalam cerpen sebagai tanda ikonis. Adapun indeks digunakan peneliti untuk memahami cara pengarang membuat cerpen. Hal ini dapat membantu peneliti untuk memperkuat adanya ikon. Misalnya, kalimat awal cerpen yang mengandung unsur imajinatif. Dari sini, peneliti menduga bahwa alasan pengarang memaparkan cerita dengan gaya imajinatif yaitu, untuk meminimalisir dugaan negatif penguasa terhadap dirinya sebagaimana pernah dialami. Simbol digunakan peneliti untuk memperkuat tanda ikonis dan indeksikal. Sebagaimana hipotesa yang mengatakan bahwa tanda ikonis dan indeksikal dalam sebuah teks cenderung beralih menjadi tanda simbolis. Tanda simbolis berbeda dengan tanda ikonis dan indeksikal. Di dalamnya tidak terdapat hubungan alamiah. Hubungan yang terdapat dalam simbol, tercipta melalui konvensi. Dengan adanya konvensi inilah, peneliti mengambil teori sekunder untuk melegitimasi konvensi tersebut sehingga didapatkan temuan: si aku menjadi simbol Musthafa Luthfi al-Manfaluthi, raja menjadi simbol Abbas Pasya Hilmi, rakyat menjadi simbol rakyat Mesir, patih menjadi simbol Bathris Pasya Ghali, pembunuh menjadi simbol Ibrahim al-Wirdani, peramal menjadi simbol Inkeltra. Cerpen al-Iqab sendiri menjadi simbol kehidupan Mesir pada masa raja Abbas Pasya Hilmi. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Cerpen ?al-Iqab? KW - Musthafa Luthfi al-Manfaluthi KW - Novel Sejarah M1 - skripsi TI - QISSAH "AL IQAB" AL QASIRAH LI MUSTHAFA LUTHFI AL MANFALUTHI (DIRASAH BINA'IYYAH WA SIMA'IYYAH LI CARLES SANDERS PIERCE) AV - restricted EP - 77 ER -