%A NIM.: 20205031003 Irfan Fajar Ramadhan %O Pembimbing : Dr. Nina Mariani Noor, SS., MA.. %T PENAFSIRAN MUHAMMAD ḤUSAYN ṬABAṬABA'I TERHADAP AYAT-AYAT TRINITAS DALAM TAFSIR AL-MIZAN %X Konsep trinitas agama Kristen menjadi salah satu pembahasan yang rumit di kalangan para teolog, peneliti dan mufasir. Di mana, umat Kristiani pada dasarnya meyakini Tuhan yang Maha Esa, akan tetapi juga meyakini adanya tiga pribadi dalam wujud kesatuan Tuhan. Mayoritas ulama tafsir lebih cenderung menganggap bahwa musyrik mencakup juga orang-orang kafir ahli kitab. Dalam kecendrungan mayoritas ulama tafsir ini, Ṭabaṭab'i merupakan salah satu ulama tafsir abad modern yang justru tidak memasukkan ahli kitab ke dalam kategori musyrik. Menurutnya, Kristen dengan keyakinan trinitasnya, masih digolongkan ke dalam ahli kitab, walaupun mereka telah berbuat syirik, namun tidak secara tegas diberi predikat musyrik oleh Alquran. Adapun Tafsir al-Mizan merupakan karya terbesar Ṭabaṭaba`i dengan metode penafsiran Alquran bil Quran yang dianggap sebagai metode penafsiran terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga Tafsir al-Mizan memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan Syi’ah maupun Sunni. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Dalam menganalisis penafsiran Ṭabaṭaba`i terhadap ayat-ayat trinitas dalam Tafsir al-Mizan, penelitian ini menggunakan Hermeneutika filosofis Gadamer. Penafsiran Konsep trinitas agama Kristen menjadi salah satu pembahasan yang rumit di kalangan para teolog, peneliti dan mufasir. Di mana, umat Kristiani pada dasarnya meyakini Tuhan yang Maha Esa, akan tetapi juga meyakini adanya tiga pribadi dalam wujud kesatuan Tuhan. Mayoritas ulama tafsir lebih cenderung menganggap bahwa musyrik mencakup juga orang-orang kafir ahli kitab. Dalam kecendrungan mayoritas ulama tafsir ini, Ṭabaṭab'i merupakan salah satu ulama tafsir abad modern yang justru tidak memasukkan ahli kitab ke dalam kategori musyrik. Menurutnya, Kristen dengan keyakinan trinitasnya, masih digolongkan ke dalam ahli kitab, walaupun mereka telah berbuat syirik, namun tidak secara tegas diberi predikat musyrik oleh Alquran. Adapun Tafsir al-Mizan merupakan karya terbesar Ṭabaṭaba`i dengan metode penafsiran Alquran bil Quran yang dianggap sebagai metode penafsiran terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga Tafsir al-Mizan memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan Syi’ah maupun Sunni. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Dalam menganalisis penafsiran Ṭabaṭaba`i terhadap ayat-ayat trinitas dalam Tafsir al-Mizan, penelitian ini menggunakan Hermeneutika filosofis Gadamer. Penafsiran Ṭabaṭab'i terhadap ayat-ayat trinitas sangat bersifat filosofis dan inklusif. Dalam pengertian hermeneutika filosofis Gadamer, penafsiran Ṭabaṭaba`i dipengaruhi oleh tradisi keilmuan filsafat dan 'irfan, konteks sosial politik Iran, konteks sosial keagamaan Iran, konteks hubungan Islam-Kristen, peguasaan lieratur di luar Islam, khususnya Injil yohanes, pra-pemahaman tentang trinitas, serta tujuan dan metode penafsiran Konsep trinitas agama Kristen menjadi salah satu pembahasan yang rumit di kalangan para teolog, peneliti dan mufasir. Di mana, umat Kristiani pada dasarnya meyakini Tuhan yang Maha Esa, akan tetapi juga meyakini adanya tiga pribadi dalam wujud kesatuan Tuhan. Mayoritas ulama tafsir lebih cenderung menganggap bahwa musyrik mencakup juga orang-orang kafir ahli kitab. Dalam kecendrungan mayoritas ulama tafsir ini, Ṭabaṭab'i merupakan salah satu ulama tafsir abad modern yang justru tidak memasukkan ahli kitab ke dalam kategori musyrik. Menurutnya, Kristen dengan keyakinan trinitasnya, masih digolongkan ke dalam ahli kitab, walaupun mereka telah berbuat syirik, namun tidak secara tegas diberi predikat musyrik oleh Alquran. Adapun Tafsir al-Mizan merupakan karya terbesar Ṭabaṭaba`i dengan metode penafsiran Alquran bil Quran yang dianggap sebagai metode penafsiran terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga Tafsir al-Mizan memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan Syi’ah maupun Sunni. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Dalam menganalisis penafsiran Ṭabaṭaba`i terhadap ayat-ayat trinitas dalam Tafsir al-Mizan, penelitian ini menggunakan Hermeneutika filosofis Gadamer. Penafsiran Ṭabāṭabā`i terhadap ayat-ayat trinitas sangat bersifat filosofis dan inklusif. Dalam pengertian hermeneutika filosofis Gadamer, penafsiran Ṭabaṭaba`i dipengaruhi oleh tradisi keilmuan filsafat dan 'irfan, konteks sosial politik Iran, konteks sosial keagamaan Iran, konteks hubungan Islam-Kristen, peguasaan lieratur di luar Islam, khususnya Injil yohanes, pra-pemahaman tentang trinitas, serta tujuan dan metode penafsiran Konsep trinitas agama Kristen menjadi salah satu pembahasan yang rumit di kalangan para teolog, peneliti dan mufasir. Di mana, umat Kristiani pada dasarnya meyakini Tuhan yang Maha Esa, akan tetapi juga meyakini adanya tiga pribadi dalam wujud kesatuan Tuhan. Mayoritas ulama tafsir lebih cenderung menganggap bahwa musyrik mencakup juga orang-orang kafir ahli kitab. Dalam kecendrungan mayoritas ulama tafsir ini, Ṭabaṭab'i merupakan salah satu ulama tafsir abad modern yang justru tidak memasukkan ahli kitab ke dalam kategori musyrik. Menurutnya, Kristen dengan keyakinan trinitasnya, masih digolongkan ke dalam ahli kitab, walaupun mereka telah berbuat syirik, namun tidak secara tegas diberi predikat musyrik oleh Alquran. Adapun Tafsir al-Mizan merupakan karya terbesar Ṭabaṭaba`i dengan metode penafsiran Alquran bil Quran yang dianggap sebagai metode penafsiran terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga Tafsir al-Mizan memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan Syi’ah maupun Sunni. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Dalam menganalisis penafsiran Ṭabaṭaba`i terhadap ayat-ayat trinitas dalam Tafsir al-Mizan, penelitian ini menggunakan Hermeneutika filosofis Gadamer. Penafsiran Ṭabāṭabā`i terhadap ayat-ayat trinitas sangat bersifat filosofis dan inklusif. Dalam pengertian hermeneutika filosofis Gadamer, penafsiran Ṭabaṭaba`i dipengaruhi oleh tradisi keilmuan filsafat dan 'irfan, konteks sosial politik Iran, konteks sosial keagamaan Iran, konteks hubungan Islam-Kristen, peguasaan lieratur di luar Islam, khususnya Injil yohanes, pra-pemahaman tentang trinitas, serta tujuan dan metode penafsiran Ṭabaṭab'i. terhadap ayat-ayat trinitas sangat bersifat filosofis dan inklusif. Dalam pengertian hermeneutika filosofis Gadamer, penafsiran Ṭabaṭab'i dipengaruhi oleh tradisi keilmuan filsafat dan 'irfan, konteks sosial politik Iran, konteks sosial keagamaan Iran, konteks hubungan Islam-Kristen, peguasaan lieratur di luar Islam, khususnya Injil yohanes, pra-pemahaman tentang trinitas, serta tujuan dan metode penafsiran Ṭabaṭab'i. %K Hermeneutika Filosofis, Ayat-ayat Trinitas, Ṭabaṭaba'i, Tafsir al-Mizan %D 2022 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib53982