%0 Thesis %9 Masters %A Iin Parningsih, NIM.: 20205031049 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2022 %F digilib:53986 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perayaan Khataman Al-Qur’an, Mappatamma-Mappanre Temme, Resepsi, Transmisi, Lokalitas. %P 112 %T TRANSMISI DAN LOKALITAS TRADISI PERAYAAN KHATAMAN AL-QUR’AN DI SULAWESI SELATAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53986/ %X Tesis ini membahas tentang transmisi dan lokalitas tradisi perayaan khataman Al-Qur’an di Sulawesi Selatan, khususnya dalam bentuk Mappatamma’ (Makassar) dan Mappanre Temme’ (Bugis). Pemilihan topik ini karena khataman Al-Qur’an dinilai sebagai bagian penting dalam keislaman masyarakat Makassar-Bugis, dan karena itu harus dilalui serta dirayakan. Perayaan khataman Al-Qur’an ini merupakan tradisi yang berasal dari islamisasi abad ke-17, namun bentuk transmisinya hingga saat ini masih luput dalam kajian kesarjanaan. Selain itu, mengingat bahwa tradisi ini dilakukan oleh seluruh masyarakat Makassar-Bugis, maka aspek lokalitas kedaerahan, baik di suku Makassar maupun Bugis, juga menjadi signifkan dibahas. Karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana tradisi perayaan khataman Al-Qur’an di Sulawesi Selatan? Bagaimana transmisi dan lokalitas perayaan khataman Al-Qur’an di Sulawesi Selatan? Bagaimana makna khataman Al-Qur’an pada perayaannya dalam tradisi Mappatamma’ dan Mappanre temme’? Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan sekaligus, untuk menemukan sisi transmisi dari abad ke-17 dan lokalitas tradisi ini dalam bentuk Mappatamma dan Mappanre Temme, dengan menggunakan teori resepsi Al-Qur’an dari Ahmad Rafiq. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah bahwa khataman Al-Qur’an menjadi pondasi pendidikan Islam tradisional sejak Islam menjadi agama resmi kerajaan Makassar-Bugis, yang dirayakan dalam bentuk Mappatamma’ dan Mappanre Temme’. Tradisi ini mengalami pergeseran dari dirayakan secara mandiri menjadi dirangkaikan dengan tradisi lainnya karena faktor ekonomi, efesiensi perayaan, dan keberkahan tradisi lainnya. Dalam prosesinya, khataman Al-Qur’an berintegrasi dengan kebudayaan lokal seperti dari sisi local leader (pemimpin), pengamal, waktu pelaksanaan, pakaian adat/Islami, dan makanan khas. Tradisi ini bertransmisi dari pengajaran Islam pada abad ke-17 secara diskursif, yang di dalamnya mengandung sisi sinkronik dan diakronik. Sisi sinkronik terlihat dari nilanya sebagai perayaan apresiasi atas khataman Al-Qur’an sekaligus penyiaran Islam berbasis kebudayaan lokal. Sisi diakronik terlihat mulai dari prosesi pelaksanannya, local leader, pengamal, hingga tradisi yang mengitarinya, yang menghasilkan ragam lokalitas di kalangan Makassar-Bugis. Dari sini, khataman Al-Qur’an dimaknai sebagai upaya dan bentuk penghormatan tinggi terhadap Al-Qur’an, yang terlihat dengan dijadikannya sebagai pondasi pada pendidikan Islam tradisional. Dengan demikian, tradisi ini menjadi fenomena integrasi Islam dengan kebudayaan lokal Makassar-Bugis, yang mengandung karakter kedewasaan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat di Sulawesi Selatan, sehingga menghasilkan sikap moderasi beragama berbasis kebudayaan lokal. %Z Pembimbing : Dr. Ali Imran, S. Th.I., M.S.I