TY - THES N1 - Pembimbing : Dr. Subi Nur Isnaini, M.A. ID - digilib54032 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54032/ A1 - Azka Noor, NIM.: 20205031019 Y1 - 2022/07/26/ N2 - KH. M. Munawir atau akrab disapa kiai Munawir merupakan salah satu guru besar di Nusantara terutama dalam bidang al-Qur?an. tak jarang pemikiran dan pola kehidupannya menjadi panutan bagi santri, santriwati dan masyarakat. Melalui nasihat, pesan dan wasiat yang disampaikan kepada santri-santriwatinya ada maksud dan tujuan besar. Salah satu wasiat yang disampaikan kepada santrinya berupa larangan memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah yang disandarkan pada ayat walla> tasytaru bi ayati samanan qalilan. Masalah utama dalam wasiat ini terletak pada pelaksanaan yang tidak merata diantara sekian banyak santri-santriwatinya, sebagian ada yang melaksanakan wasiat tersebut dengan menafsirkan ulang bahwa wasiat tersebut ditujukan kepada larangan mengikuti MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur?an) seperti kiai Arwani di Kudus, sebagian lain ada yang menambahi dengan larangan khataman al-Qur?an di rumah warga. Akan tetapi, di pondok Al-Munawir sendiri yang notabene menjadi cikal bakal lahirnya wasiat ini justru para santri dan santriwatinya tidak melaksanakan sesuai dengan apa yang diwasiatkan kiai Munawir. Berangkat dari permasalahan ini, penulis bermaksud menelusuri ulang dengan mengangkat dua pokok permasalahan yakni (a) menelusuri sisi historis lahirnya wasiat larangan memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah yang disandarkan pada ayat walla tasytaru bi ayati samanan qalilan. (b) menelusuri makna ayat wala tasytaru bi ayati samanan qalilan menurut kiai Munawir. Dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan milik Karl Mannheim permasalahan ini dikupas melalui tiga makna: makna objektif, makna ekspresif dan makna dokumenter. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan KH. M. Ulil Albab Arwani, KH. Abdul Basyir Mukhtar, KH. M. Munawir Tanwir, KH. Mustamir, Nyai Hj. Nihayah, K. Alif Fahrurriza, K. Ali Maksum, Bapak Amin Nasir, S.S., M.S.I, disertai observasi dan dokumentasi Bermula dari penulis menganalisis makna wala> tasytaru> bi a>ya>ti> s\amanan qali>lan menurut mufasir klasik dan kontemporer, sebagai pijakan awal untuk penelusuran selanjutnya. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara para mufasir, kemudian dalam mencari data diperlukan narasumber yang tepat yakni dari cucu santri kiai Munawir dan pihak zurriyyah. Alhasil Wasiat larangan memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah berdasar ayat wala tasytaru bi ayati samanan qalilan dari kiai Munawir hanya disampaikan kepada kiai Arwani saja. Hal itu dilakukannya karena memiliki alasan kuat yaitu dengan mukasyafah yang dimilikinya terhadap kiai Arwani, bahwa suatu saat kiai Arwani akan menjadi penerusnya sebagai tonggak sentral al-Qur?an. Bukti lain diperkuat bahwa satu-satunya santri yang dapat mengkhatamkan qiraat sab?ah dengan kiai Munawir hanyalah kiai Arwani saja. Sehingga melalui ayat walla tasytaru bi ayati samanan qalilan terdapat maksud dan harapan besar dari kiai Munawir agar selalu menjaga kemurnian hati untuk mempergunakan ayat-ayat Allah, bukan karena harta duniawi apalagi untuk sebuah pamor dimata masyarakat. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - KH. M. Munawir KW - wala tasytaru bi ayati samanan qalilan KW - Jual beli ayat. M1 - masters TI - MAKNA AYAT WALA TASYTARU BI AYATI SAMANAN QALILAN DALAM WASIAT KIAI MUNAWIR KRAPYAK YOGYAKARTA AV - restricted EP - 121 ER -