%A NIM.: 15510045 Kuswiyanto %O Pembimbing: Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum. %T KESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI) %X Shathahat sebagai bagian dari salah satu kajian di dalam tasawuf tetap eksis dikaji sampai saat ini. Secara umum Shathahat merupakan ungkapan-ungkapan yang diungkapkan oleh seorang dalam kondisi al-fana’. Terdapat dua pandangan umum terkait dengan Shathahat yaitu, pertama mengaanggap bahwa Shathahat melepaskan diri dari ajaran syari’at, kedua Shathahat adalah hasil dari permenungan dan dalam kondisi tidak sadar sehingga ungkapan yang keluar tidak dapat dipahami. Secara umum penelitian ini termasuk kualitatif dengan jenisnya adalah kepustakaan (library research). Perangkat teori yang digunakan adalah teori Ilmu Hudhuri yang dikemukakan oleh Mehdi Ha’iri Yazdi. sebagai terobosan untuk mengetahui bahwa bentuk shathahat Abu Yazid al-Bustami tidak terjebak pada bahasa mistik. Dalam penafsiran ini menggunakan teori Ilmu Hudhuri dan penyatuan individu melalui emanasi dan penyerapan. Menurut Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu Hudhuri juga disebut dengan ilmu laduni, yaitu ilmu yang diperoleh dengan “menghadirkan diri”. Menurut Abu Yazid, keadaan atau ucapan seorang yang mengalami shathahat merupakan perbuatan Tuhan. Suasana yang dialaminya menunjukkan bahwa pada saat tersebut Tuhan mendominasi dirinya, sehingga tidak bisa mengendalikan perbuatan atau perkataannya. Semua yang dilakukan berada di luar kesadarannya. Saat seorang sufi mengalami shathahat, bukan manusia yang melebur ke dalam Tuhan, akan tetapi Tuhan lah yang masuk kedalam qalb manusia. Penyatuan ini bisa dipahami melalui Ilmu Hudhuri yang disebut peniadaan atau penyerapan. Fenomena shathahat Abu Yazid al-Bustami dalam perspektif Ilmu Hudhuri Mehdi Ha’iri Yazdi dapat dipilah dalam tiga kondisi. Pertama, sebagai sebuah kondisi mistik yang merupakan sebuah penyatuan. Kedua, shathahat sebagai bahasa mistik. Dan yang ketiga, Metamistik. Bahwa dari mistik dan bahasa mistik disebutkan bahwa Abu Yazid mengalami fase metamistik yang dimulai dari سَكَر (mabuk) lalu زَوَالُ الحِجَاب (tersingkapnya hijab) kemudian غَلَبَةُ الشُّهُود (perkesempurnaan kesaksian). Dari sini terlihat bahwa ia hanya menyaksikan dirinya, menyadari dirinya tanpa yang lain sehingga dia berkata “aku”. %K Abu Yazid al-Bustami, Shathahat, Ilmu Hudhuri %D 2022 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib54307