%0 Thesis %9 Skripsi %A Zulfajri Amiruddin, NIM.: 15510046 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2022 %F digilib:54308 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Maulid Nabi Muhammad saw, Masyarakat Bugis, Tradisi Masyarakat %P 67 %T SIMBOL TELUR DAN BERAS KETAN DALAM TRADISI MAULUD SUKU BUGIS (STUDI MASYARAKAT SIDRAP) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54308/ %X Peringatan Maulid Nabi saw merupakan salah satu tradisi dalam Islam. Tradisi ini tidak hanyak dilaksanakan oleh umat muslim di negara lain, tapi juga di Indonesia. Uniknya, tradisi Maulid yang dilaksanakan umat Muslim di Indonesia sangat beragam, baik dari segi istilah, maupun bentuk perayaannya. Hal ini tentunya timbul akibat adanya perbedaan suku yang cukup banyak. Salah satu suku yang penulis jadikan sebagai objek penelitian adalah suku Bugis, khususnya yang terletak di Kabupaten Sidrap, Kecamatan Pancarijang, Kelurahan Lalebata. Tradisi yang dilaksanakan oleh suku Bugis pada umumnya hampir sama, baik dari susunan acara, tempat pelaksanaan, maupun bentuk pelaksanaannya. Hanya di waktu pelaksanaannya yang sedikit berbeda. Di beberapa tempat acara Maulid dilaksanakan di awal bulan Rabiul Awal dan di tempat lain ada yang menjelang akhir bulan. Namun bisa dikatakan bahwa hampir semua masjid-masjid besar di suku Bugis mengadakan acara Maulid ini. Dalam penelitian ini, penulis akan berfokus pada simbol-simbol yang secara umum digunakan oleh umat Muslim suku Bugis dalam acara Maulid. Hal ini sudah dianggap merupakan tradisi yang turun-temurun. Simbol-simbol tersebut seperti batang pohon pisang, potongan bambu, beras ketan, dan telur. Namun penulis hanya berfokus pada beras ketan dan telur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui makna di balik beras ketan dan telur. Apakah hal tersebuat hanya sebatas simbol/hiasan atau memiliki filosifi yang mendalam sehingga dapat bertahan sampai sekarang. Secara metodologi, penulis menggunakan metode wawancara yang terdiri dari 4 (empat) narasumber. Tentunya para narasumber merupakan orang-orang yang terlibat dalam acara pelaksanaan Maulid di Kelurahan Lalebata. Adapun teori analisisnya menggunakan teori Semiotika Ferdinand de Saussure. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa telur dan beras ketan merupakan simbol yang memiliki nilai-nilai filosifis kehidupan. Beras ketan atau Sokko’ bermakna teguh pendirian. Hal ini diambil dari kata Sukku’ dan juga tekstur beras ketan yang erat satu sama lain. Selain itu, telur sendiri memiliki tiga unsur, yaitu kulit, putih telur, dan kuning telur. ketiga unsur tersebut merupakan simbol dari syariat, hakikat, dan makrifat %Z Pembimbing: Dr. Muhammad Taufik, S.Ag., M.A