@phdthesis{digilib54473, title = {ETOS KERJA NELAYAN DI DESA TORJEK KECAMATAN KANGAYAN KABUPATEN SUMENEP}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 02231098 Sri Wahyuni}, year = {2006}, note = {Pembimbing : Drs. Suisyanto, M.Pd}, keywords = {Etos Kerja Nelayan, Desa Torjek Kecamatan Kangayan}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54473/}, abstract = {Dari beberapa temuan penelitian etos kerja nelayan desa Torjek Kecamatan Kangayan Kabupaten Sumenep yang telah di sajikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, bahwa pandangan yang dimiliki oleh nelayan desa Torjek Kecamatan Kangayan Kabupeten Sumenep terhadap kerja dalah baik atau positif., kesimpulan ini dapat diambil dari beberapa informan yang memiliki pandangan yang positif terhadap kerja. Nelayan di desa Torjek ini memiliki pandangan bahwa kerja merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi setiap manusia untuk memenuhi apa yang diinginkannya, karena tanpa bekerja Sesuatu yang diinginkan tidak akan datang begitu saja. Adapun pandangan lain tentang kerja bagi mereka adalah walaupun manusia bekerja untuk mendapatkan hasil akan tetapi akhirat tidak boleh di abaikan, yaitu harus seimbang antara dunia dan akhirat artinya tidak betat sebelah maka hidup akan bahagia. Kedua, perilaku nelayan tentang kerja positif, karena dalam kerja mereka memiliki sikap yang positif yaitu: mau menanggung resiko, tidak putus asa, tekun dalam bekerja, mandiri yaitu tidak mau tergantung pada orang lain, dan bersungguh-sgguh dalam bekerja artinya tidak setengah?setengah dalam melakukan kerja. Akan tetapi dalam perilaku nelayan menurut penulis kurang efisien karena mereka menggunakan waktu mereka secara percuma apabila masih belum menggunakan alat mesin, adapun hal-hal yang kurang mendukung terhadap Etos kerja nelayan yang desa Torjek adalah sebagai berikut: 1. Perahu yang di gunakan dan alat tangkap yang di gunakan para nelayan ini adalah perahu yang tidak bermesin dan hanya menggunaRan alat pancing yang sangat sederhana, yang mana hasilnya tidak maksimal. 2. Tidak mampu membeli alat tangkap baru yang lebih memadai seperti perahu bermesin, alat tangkap baru, sehingga tidak bisa menjangkau tempat-tempat yang lebih jauh seehingga tidak biisaa menghasilkan ikan yang lebih banyak. 3. Minimnya keterampilan yang mereka miliki baik itu keterampilan tentang kenelayanan maupun keterampilan lain yang bisa menunjang perekonomiaan para nelayan.} }