%0 Thesis %9 Skripsi %A NUR HASANAH - NIM. 05120048, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5471 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tarekat Haddadiyah, dzikir, wirid %T PENGARUH TAREKAT HADDADIYAH DI KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5471/ %X Tarekat Haddadiyah dalam perkembangannya merupakan nama lain dari Tarekat ‘Alawiyyah. Tarekat ini dinisbatkan kepada seorang imam besar dari keluarga ‘Alawiyyin (sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari Sayyidina Husein r.a., putera Sayyidatina Fâtimah az-Zahra puteri Rasulillah saw, melalui Imam ‘Alawi bin Ubaidillah, putera Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan tokoh utama bagi masyarakat Hadramaut), yakni al-Imam as-Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad. Ia adalah seorang pembaru abad ke-17. Tarekat ini terkenal karena Ratib al-Haddad yang disusun sendiri olehnya. Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad mengembalikan fungsi Tharîqah ‘Alawiyyah sebagai suatu tharîqah khâshshah menuju tharîqah âmmah yakni suatu ajaran yang dapat dicerna oleh masyarakat luas dan sebagai pengetahuan dasar meneliti perjalanan batin untuk mencapai keridhaan Allah s.w.t. dengan selamat. Hal inilah yang menjadi benang merah mengapa Ratib al-Haddad sebagai tradisi shûfiyyah; tetapi menjadi amaliah yang cukup merakyat dengan ditandai masyarakat banyak yang mengamalkan serta diterimanya wirid ini di kalangan ummat Islam. Berangkat dari uraian tersebut itulah dapat dipahami, jika pada gilirannya Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad kemudian merumuskan suatu rangkaian bentuk-bentuk dzikir dalam wiridnya. Hal itu, merupakan sebuah konsekwensi logis dari tradisi yang diamalkannya, tentu saja dengan latar sosiokultural yang ada pada saat itu. Tarekat Haddadiyah ini memberikan penekanan khusus pada akhlak dan amal (tasawuf akhlaqi/ tasawuf amali). Dalam tarekat ini, suatu amalan (wirid) hanya sebagai ziyadat al- ‘amal atau tambahan amal saja, tidak ada baiat. Tarekat Haddadiyah ini termasuk tarekat yang moderat yaitu dapat menerima pendapat dari pihak lain. Keberadaan tarekat Haddadiyah di Kecamatan Seyegan, mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi para pengikutnya. Mereka merasa tenang dan mantap dalam menjalankan ibadah. Di samping itu kharisma pendiri tarekat Haddadiyah yaitu Sayyid al-Habib ‘Umar bin Ahmad Bafaqih dalam menyampaikan dakwah tentang berbagai ilmu agama seperti akhlak, tasawuf, fiqih, maupun hadits, membuat para jama’ah semakin giat untuk selalu mengikuti ajaran tarekat ini. Bagi para jama’ahnya, tarekat ini merupakan media dalam membiasakan untuk melatih diri mempunyai keyakinan yang kuat dan tetap akan adanya ketauhidan, membenahi akhlak, menambah amal, dan memperbaiki budi pekerti, karena akhlak merupakan suatu tingkah laku sehari-hari dalam berhubungan dengan sesama, dan segala sesuatu yang terkandung dalam ajaran Islam, tujuannya tidak lain adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi yaitu sebagai alat untuk menganalisa gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehubungan dengan adanya Tarekat Haddadiyah. Teori yang digunakan adalah teori Patron-Klien yang diungkapkan oleh J.C. Scott, sebagaimana dikutip oleh Ahimsa. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Ummi Kulsum, M. Hum.,