@phdthesis{digilib55113, month = {March}, title = {MAKNA TRADISI ZIARAH MAKAM WALI (STUDI KASUS DI MAKAM SYEKH ANAM SIDAKARSA KEBUMEN JAWA TENGAH)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 05510019 Solekhan}, year = {2012}, note = {Pembimbing: Dr. H. Syaifan Nur, MA. dan Fahruddin Faiz M. Ag selaku}, keywords = {Syekh Anam Sidakarsa, Wali Penyebar Islam, Ritual Ziarah}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55113/}, abstract = {Makam wali adalah tempat pengungkapan perasaan religius yang bebas serta tempat memelihara ritus-ritus kuno. Jika amal sembahyang di masjid mencerminkan kesatuan dan keseragaman dunia islam, maka amal ziarah ke makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya yang tercakup dalam islam. Tidak bisa dipungkiri lagi tradisi ziarah di pelosok negeri ini masih sangat dipertahankan, terutama di Jawa, bahkan kegiatan ini menjadi agenda tersendiri dalam memenuhi kegiatan keagamaan. Munculnya motif di luar tujuan utama dari tradisi ziarah, terlebih ketika sudah diiringi dengan praktik-praktik yang meniru tradisi pra-Islam, sehingga tak pelak timbul suatu pandangan syirik dalam fenomena ziarah ini. Terkadang antara syirik dan bukan dalam praktik ziarah sangatlah sulit dibedakan, karena hal ini berlangsung sebagai bentuk kesalehan umat. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, sebenarnya apa yang mejadi latar belakang masyarakat bersikap demikian dan mengapa tradisi ini bisa bertahan sampai saat ini?. Hal ini menarik untuk dikaji dan ditelusuri senada dengan fenomena bertambahnya jumlah peziarah yang berkunjung ke makam wali Syekh Anam Sidakarsa dari tahun ke tahun, terutama ketika hari-hari tertentu. Hal yang dapat digaris bawahi oleh penulis: Pertama, bahwa kharisma yang dimiliki oleh wali menjadi daya tarik dan motivasi peziarah untuk berkunjung ke makam. Kedua, realitas empiris tentang tradisi ziarah di situs makam keramat pada hakikatnya bertumpu pada makam sebagai tempat yang sangat di keramatkan oleh peziarah yang dapat berfungsi sebagai ruang budaya dan pusat spiritual. Ketiga, pemaknaan ziarah sebagai tempat berekspresi religius.} }