@article{digilib55724, volume = {21}, number = {2}, month = {July}, author = {- Ahmad Baidowi}, title = {FENOMENA AKSARA P{\'E}GON DALAM TRADISI PENULISAN TAFSIR PESANTREN}, publisher = {Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam}, year = {2020}, journal = {JURNAL STUDI ILMU-ILMU AL-QURAN DAN HADIS}, pages = {469--490}, keywords = {Aksara p{\'e}gon, Tafsir, Pesantren, Fenomena, Edukasi}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55724/}, abstract = {Relasi yang terjalin antara Al-Qur?an dengan tradisi lokal masyarakat menyebabkan munculnya variasi-variasi dalam tradisi penulisan tafsir. Variasi ini muncul salah satu tujuannya adalah untuk mempermudah masyarakat dalam memahami isi kandungan Al-Qur?an. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Jawa, dengan tradisi penggunaan aksara p{\'e}gon dalam penulisan tafsir. Aksara p{\'e}gon secara umum dipakai oleh masyarakat Jawa sebagai media transmisi keilmuan. Aksara p{\'e}gon dan pesantren adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa saling dipisahkan. Sejarah memperlihatkan, p{\'e}gon menjadi bagian penting dalam peradaban dunia pesantren karena pembelajaran dan karya intelektual pesantren yang sangat dominan dengan tradisi p{\'e}gon. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis sebagai upaya untuk menjelaskan fenomena penulisan aksara p{\'e}gon pada tafsir pesantren. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengunaan aksara p{\'e}gon dalam penulisan karya-karya pesantren seperti Tafsir Al-Ibr{\=i}z f{\=i} Ma?{\=a}n{\=i} al-Qur?{\=a}n al-`Az{\=i}z karya KH Bisri Mustafa, Al-Ikl{\=i}l f{\=i} Ma`{\=a}n{\=i} al-Tanz{\=i}l karya KH Misbah Mustafa dan Tafsir Al-Ma{\d h}all{\=i} karya KH Mudjab Mahalli bukan sekadar sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, namun, lebih dari itu, memiliki fungsi-fungsi edukatif dalam berbagai hal. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan aksara p{\'e}gon dengan model terjemahan gandhul. Penggunaan makna gandhul dalam tafsir p{\'e}gon menjadi semacam kamus Arab-Jawa karena proses penerjemahannya menggunakan model kata perkata, sehingga hal ini memudahkan masyarakat Jawa dalam memahami isi Al-Qur?an. Disamping itu penggunaan aksara p{\'e}gon dalam penulisan tafsir pesantren berbahasa Jawa juga berfungsi sebagai media pembelajaran ilmu nahwu atau tata gramatikal bahasa Arab dan juga sebagai identitas kultural masyarakat Jawa.} }