@mastersthesis{digilib56231, month = {November}, title = {IMPLEMENTASI TERAPI PSIKOSOSIAL PADA RESIDEN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) AKIBAT NAPZA DI PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 20200012096 Andriani}, year = {2022}, note = {Pembimbing: Zulkipli Lessy, M.Ag., M.S.W., Ph.D.}, keywords = {Terapi Psikososial, Residen ODGJ, Napza}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56231/}, abstract = {Terapi psikososial merupakan terapi yang digunakan oleh konselor dan tenaga sosial untuk membantu penyalahguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (Napza) baik individu, keluarga, maupun kelompok dalam upaya mengubah perilaku dan situasi mereka. Mengingat jumlah gangguan mental yang dialami oleh para korban semakin meningkat dan bertambah buruk akibat pemakaian obat-obat terlarang, penerapan terapi psikososial sangat penting dilakukan agar mereka mampu pulih dan lebih baik ketika berada di lingkungan sosial mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi terapi psikososial pada residen dengan gangguan jiwa akibat Napza, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi yang berupaya untuk menganalisis pengalaman individu dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini digunakan sebagai penggambaran fenomena spesifik dan mendalam. sehingga dapat diperoleh esensi dari fenomena hidup residen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para konselor dan pekerja sosial memberikan terapi psikososial bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta untuk membantu proses pemulihan, dengan melakukan berbagai aktivitas, seperti pertemuan rutin pagi (morning meeting) bersama residen, pemberian materi psikoedukasi, perenungan dan sharing pengalaman, konseling individu, dan terapi kerja. Penelitian ini juga menemukan hambatan dalam pemberian terapi psikososial, yaitu kurangnya tenaga pengabdi, lemahnya penyesuaian dalam terapi secara khusus bagi residen sesuai dengan kebutuhan, beragamnya kepribadian residen, serta kegagalan komunikasi antara konselor dan residen orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ketika melakukan interaksi.} }