TY - THES N1 - Pembimbing: Prof. Dr.Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A ID - digilib56578 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56578/ A1 - Atiqoh Firdaus, NIM.: 18205010101 Y1 - 2022/12/26/ N2 - Tulisan ini membahas tentang difabel dalam QS. Al-Nu>r [24]: 61 dengan pendekatan ma?na cum maghza. Adanya ayat Al-Qur?an yang membahas tentang difabel tidak lantas menjadikan realita peduli terhadap mereka, justru perlakuan diskriminasi yang kerap dilakukan. Hal itu bisa dikarenakan kurangnya pemahaman serta penyadaran bagaimana seharusnya menjadi manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial yang menghormati dan menghargai perbedaan. Penelitian terkait ayat difabel yang ada, pembahasannya masih menggunakan instrumen penafsiran ulama dan hasilnya sebatas eksplorasi makna historis atau tarikhi saja. Belum ditemukan penelitian yang bergerak seimbang antara elaborasi historis ayat dengan pengembangan pada masa kini. Sehingga menghasilkan pemahaman terhadap nilai atau signifikansi ayat. Dengan demikian, penulis mencoba melengkapi celah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, makna tarikhi dari ayat tersebut berbicara tentang kebolehan difabel makan di sebelas rumah yang tersebut dalam ayat (rumah kalian sendiri, rumah bapakmu, ibumu, saudara laki-laki dan perempuanmu, paman dan bibi dari bapak atau ibumu, rumah yang telah dipasrahkan kepadamu dan rumah temanmu) dengan catatan setelah mendapatkan undangan makan dan tidak makan secara berlebihan. Boleh memiih sesukanya makan secara bersama-sama ataupun sendirian, dan apabila memasuki rumah-rumah tersebut ucapkanlah salam (minimal untuk dirimu sendiri) karena salam membawa keberkahan serta kebaikan. Kedua, maghza tarikhi menunjukkan pada beberapa s}ahabat yang ingin ikut perang bersama Rasul saw walaupun keadaan fisiknya tidak memungkinkan. Adanya perlakuan diskriminasi terhadap difabel pada saat makan bersama non difabel. Selain itu kebiasaan salah satu kelompok orang Arab yang setiap makan harus selalu ada temannya. Hal itu menunjukkan sikap fanatik pada pendapat tertentu. Ketiga, maghza al-mutah}arrik menunjukkan bahwa ayat ini termasuk ayat yang mengisahkan kebiasaan umat terdahulu dan memiliki beberapa nilai yang terkandung di antaranya: nilai fundamental, karena di dalamnya ada upaya hifz al-ma>l walaupun dengan cara diwakilkan. Nilai keadilan, yang seharusnya difabel juga berhak mendapatkannya sehingga tidak terbatas ruang geraknya. Nilai intruksional berupa anjuran untuk menebar perdamaian dengan mengucapkan salam. Ketika maghza itu dikembangkan lagi maka pesan yang didapat adalah adanya syarat berperang, larangan melakukan diskriminasi dan anjuran menghargai sesama manusia, mendahulukan sikap kehati-hatian, tidak fanatik pada satu pendapat dan anjuran mendahulukan akhlak serta menebar perdamaian. Pesan atau nilai-niai tersebut jika diaktualisasikan pada keadaan saat ini maka dapat dimungkinkan akan sangat mengurangi perlakuan diskriminasi, mengingat jika korban diskriminasi (difabel) telah ditreathment dengan teknik reframing. Dengan menggunakan teknik tersebut, maka korban diharapkan dapat memulihkan rasa percaya dirinya dan tidak mudah memandang negatif suatu tindakan dengan berasumsi bahwa setiap tindakan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisinya. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Ma?na Cum Maghza KW - Aktualisasi Nilai KW - Eksistensi Difabel M1 - masters TI - PENAFSIRAN ATAS QS. AL-NUR [24]: 61 TENTANG DIFABEL (ANALISIS MA?NA CUM MAGHZA) AV - restricted EP - 120 ER -