@mastersthesis{digilib56612, month = {January}, title = {SUBJEKTIVITAS PENAFSIRAN AL-RAZI ATAS TEGURAN ALLAH DAN KEMAKSUMAN NABI MUHAMMAD}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 20205032014 Alvita Niamullah}, year = {2023}, note = {Pembimbing: Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag}, keywords = {Fakhr Al-Din Al-Razi, Tafsir Mafati{\d h} Al-Gaib, Ayat-Ayat Teguran}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56612/}, abstract = {Selama ini Al-R{\=a}z{\=i} dianggap kuat bermazhab Sunni, namun ternyata disinyalir memiliki kecenderungan mazhab lain saat ia menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kemaksuman para nabi dan rasul. Mengenai hal ini, pendapat Al-R{\=a}z{\=i} dalam buku ?I{\d s}mat Al-Anbiy{\=a}? terkesan dipengaruhi oleh Ab{\=u} Is{\d h}{\=a}q Ibr{\=a}h{\=i}m ibn Sayy{\=a}r, salah satu tokoh Muktazilah. Menurut Al-R{\=a}z{\=i}, para nabi wajib maksum dari bentuk dosa besar maupun kecil yang disengaja, namun para nabi boleh melakukan kesalahan yang disebabkan ketidaktelitian. Al-R{\=a}z{\=i} memasukkan pendapat tersebut pada pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dan tindakan para nabi. Di antara keadaan para nabi dan rasul yang menjadi polemik kemaksuman ialah adanya ayat-ayat teguran terhadap mereka, salah satunya teguran terhadap Nabi Muhammad. Titik temu antara konsep kemaksuman yang digagas oleh Al-R{\=a}z{\=i} dan Ab{\=u} Is{\d h}{\=a}q ialah kesamaan pendapat bahwa para nabi boleh melakukan kesalahan yang disebabkan ketidaktelitian. Secara tidak langsung terdapat kemiripan pendapat antara dirinya dan Ab{\=u} Is{\d h}{\=a}q, padahal konsep kemaksuman tersebut tentu menjadi dasar pertimbangannya dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan para nabi. Karenanya, penelitian ini mencoba untuk melihat situasi dan kondisi yang mempengaruhi Al-R{\=a}z{\=i} sehingga ia dapat memunculkan konsep kemaksuman yang sedikit berbeda dari mayoritas pengikut Sunni lainnya. Agar dapat melihat keterpengaruhan dan sisi subjektivitasnya penafsiran, penelitian ini menggunakan teori hemeneutika Hans-Georg Gadamer dengan menggunakan tiga tahapannya. Pengaplikasian teori kesadaran sejarah-efektif dan pra-pemahaman digunakan untuk melihat terbentuknya subjektivitas pemikiran, baik bildung, sensus communis, pertimbangan hingga selera. Selanjutnya teori peleburan cakrawala digunakan untuk melihat subjektivitas Al-R{\=a}z{\=i} dalam menafsirkan ayat-ayat teguran yang terdapat dalam Q.S. {\=A}li ?Imr{\=a}n [3]: 128, Q.S. Al-Anf{\=a}l [8]: 67-69, Q.S. Al-Taubah [9]: 43, Q.S. Al-A{\d h}z{\=a}b [33]: 37-38, Q.S. Al-Ta{\d h}r{\=i}m [66]: 1-5 dan Q.S. ?Abasa [80]: 1-10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dasar yang dimiliki Al-R{\=a}z{\=i} dari ayahnya membentuk sensus communis dalam berpikir. Selanjutnya, sensus communis tersebut membentuk bildung yang terus berkembang hingga matang melalui dua fase; pertama, perjalanan dalam menyempurnakan pemahamannya kepada Al-Kam{\=a}l Al-Samn{\=a}n{\=i} dan Al-Majd Al-Jaili. Kedua, perjalanan dalam rangka menghelat perdebatan dan diskusi bersama aliran lain. Gagasan konsep kemaksuman dari Al-R{\=a}z{\=i} merupakan bagian pra-pemahaman yang terbentuk dari vorhabe, vorsicht dan vorgriff terhadap diskursus yang berkaitan dengan para nabi. Walaupun ia berpendapat bahwa para nabi boleh melakukan kesalahan, namun ketika menghadapi ayat-ayat teguran terhadap Nabi Muhammad, ia tidak secara langsung menafsirkan bahwa turunnya ayat berdasarkan kesalahan Nabi. Pada enam teguran terhadap Nabi Muhammad, baik dalam kitab tafsir Maf{\=a}t{\=i}{\d h} Al-Gaib maupun kitab ?I{\d s}mat Al-Anbiy{\=a}?, ia berpendapat bahwa turunnya ayat disebabkan Nabi meninggalkan pilihan yang lebih utama diambil bagi Nabi. Teguran tersebut terjadi karena Allah ingin mengingatkan Nabi Muhammad bahwa ia adalah sosok yang paling sempurna ilmunya, patut dicari keridaannya oleh manusia lain, serta terdapat pengajaran dari Allah mengenai pendisiplinan perang.} }