@phdthesis{digilib56833, month = {December}, title = {ANALISIS WACANA KRITIS PADA INTOLERANSI MELALUI MULTIKULTURALISME DALAM KAMPANYE \#INDONESIA RUMAH BERSAMA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 17105020024 Abdul Azisurrohman}, year = {2022}, note = {Pembimbing: Derry Ahmad Rizal, MA.}, keywords = {Kampanye Indonesia Rumah Bersama, Multikulturalisme, Analisis Wacana Kritis, Norman Fairclough}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56833/}, abstract = {Fenomena politisasi agama dan identitas serta ujaran kebencian telah menyebar di berbagai media sosial. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan INFID telah ditemukan kata ?kafir? sebanyak 5.173. Kata tersebut dalam ditemukan misalnya di media @hizbuttahiririd (jumlah anggota 4.300), @salamdakwah (13.600), @salafyways (4.200), @jalananlurus (586), dan @forumkajianislamcikampek (115). Hal ini beriringan dengan pesatnya teknologi. Keadaan ini mengerakkan jaringan GUSDRian untuk ikut serta dalam menyebarkan narasi kebaikan di media sosial. Penelitian yang berjudul ?Analisis Wacana Kritis pada Intoleransi Melalui Multikulturalisme dalam Kampanye Indonesia Rumah Bersama? memiliki tujuan bagaimana multikulturalisme dalam kampanye diwacanakan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan objek penelitian kampanye \#Indonesia Rumah Bersama. Sedangkan metode pengambilan datanya menggunakan wawancara dan dokumentasi pada teks yang dimuat di media sosial Jaringan GUSDURian untuk dijadikan sumber data primer, sementara data skunder diambil dari pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough yang menggunakan tiga dimensi, yaitu: dimensi mikrostruktural, mesostruktural, dan makrostruktural. Temuan dalam penlitian ini, dalam struktur teks wacana tentang multikuturalisme dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berada dalam Jaringan GUSDURian dan nilai-nilai keragaman yang ada di Indonesia. Penelitian ini juga menemukan bahwa multikulturalisme yang di angkat Jaringan GUSDURian. Memberikan efek yang dapat dilihat melalui situasional, institusional, dan sosial. Pada level situasional, kampanye ini lahir pada situasi pilgup 2017 di jakarta. Pada level institusional, kampanye ini hadir bersamaan dengan kesadaran penggerak Jaringan GUSDURian untuk mewarnai media sosial. Sedangkan pada level sosial, berkenaan dengan kontek berkembangnya politisasi agama dan identititas untuk kepentingan politik} }