@mastersthesis{digilib56889, month = {January}, title = {RESISTENSI REMAJA PEREMPUAN DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI (KTD)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 19200010046 Raine Syifa Aulia}, year = {2022}, note = {Pembimbing: Zulkipli Lessy, S.Ag., S.Pd., M.Ag., M.S.W., Ph.D}, keywords = {Remaja Perempuan, Opresi, Resistensi, Kehamilan Tidak Dikehendaki}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56889/}, abstract = {Fenomena kehamilan tidak dikehendaki di usia remaja merupakan salah satu masalah yang cukup serius bagi keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam konteks masyarakat kita, Remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki pada akhirnya akan mendapatkan sanksi sosial yang akan diterima sepanjang hidupnya. Selain itu bagi remaja perempuan yang mengalami KTD beban sosial maupun beban moral yang diterima menjadi lebih berat dua kali lipat karena pandangan masyarakat yang patriarki dalam memandang relasi laki-laki dan perempuan. Dalam kasus ini remaja perempuan KTD dianggap sebagai pihak yang paling bersalah dalam tejadinya kehamilan tidak dikehendaki. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam seputar opresi dan resistensi rema perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki. Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan melibatkan 4 remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki beserta beberapa pihak yang terkait. Selanjutnya teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori resistensi James S. Scott. Hasil penelitian menunjukan bahwa opresi yang diterima oleh remaja perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki diantaranya adalah mendapatkan stigma negatif, dimarginalkan oleh keluarga, dipaksa untuk melakukan aborsi oleh pasangan KTD, mendapatkan kekerasan, beban ganda dan juga menjadi sasaran pelecehan seksual. Meski demikian, remaja perempuan yang mengalami KTD secara aktif mencoba untuk keluar dari kungkungan opresi yang sejauh ini telah melilitnya dengan melakukan tindakan-tindakan perlawanan seperti berpura-pura minum pil penggugur kandungan, melaporkan pasangan KTD kepada pihak berwajib, menolak menikahi pasangan KTD, mengikuti berbagai kegiatan sosial keagamaan dan sebagainya. Tindakan resistensi ini dilakukan untuk memperbaiki citra diri juga demi masa depan anak yang lebih baik.} }