%0 Thesis %9 Skripsi %A Nanang Syahrudin, NIM.: 99112395 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2005 %F digilib:56918 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Muhammad Syahrur, Bahasa Arab, Gaya Bahasa %P 78 %T NUBZAH AFKAR MUHAMMAD SYAHRUR 'ALA MAFHUM AL-TARADUF FI AL-LUGHAH AL-ARABIYAH (DIRASAT WASHFIYYAH DALALIYAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56918/ %X Penelitian i.J;li bertujuan mendeskripsikan perdebatan para intelektual terhadap fenomena sinonimitas, salah satu yang menjadi sorotan adalah Muhammad Syahrur dengan bukunya yang berjudul al-Ki tab wa al-Qur 'an Qiro 'ah Mu 'asirah ia menggugat eksistensi sinonimitas dalam bahasa Arab. penelitian ini te1111asuk dalam kategori penelitian analisis kebahasaan yang mencakup kata dalam sebuah teks dan struktur bahasa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu berusaha memaparkan data-data tentang suatu hal atau masalah deng!lll analisis dan interpretasi yang tepat. Al-Qur'an sebagai mukjizat yang paling agung bagi Nabi Muhammad SAW, memiliki keindahan gaya bahasa dan kaya akan arti sehingga takkan habis untuk dipahami dan dibahas. Ketika wacana sinonimitas merambah pada wilayah teks suci, maka berbagai tanggapan yang muncul mewarnai kehadirannya. Sebagai contoh adalah ketika ulama terdahulu mengatakan kata al-Kitab, al-Qur 'an, al­Furqan dan al-Dzikir adalah sinonim, tetapi bagi Syahrur keempat kata tersebut bukan merupakan sinonim dan mempunyai makna masing-masing. dengan bukunya ini Syahrur berusaha menggugat monopoli pembacaan teks suci dan berusaha meruntuhkan metode yang ditawarkan ulama klasik yang cenderung unscientific, gugatan tersebut tidak serta merta diarahkan pada ulama klasik yang karyanya menempati posisi yang berharga di masanya, melainkan kepada generasi selanjutnya yang memposisikan turas pada wilayah yang tidak dapat didebat sehingga mereka sulit melepaskan diri dari jeratan masa lalunya dan mereka menduga bahwa produk pemikiran pendahulunya melampaui ruang dan waktu. Kita dapat menghadirkan produk pemikiran masa lalu kepada masa kini dengan segenap problematiknya kalau tidak terlepas dari sifat taqlidi. Menurut Syc\hrur, kata itu tidak mempunyai sinonim (murodif). Setiap kata mempunyai kekhususan makna, satu kata bisa memiliki lebih dari satu makna. Karena itu, untuk menentukan makna yang tepat tergantung konteks logis kata tersebut dalam kalimat atau makna teks dipengaruhi oleh hubungan secara linier dengan kata-kata di sekelilingnya (strukturnya). Dengan bukunya Syahrur memberikan/memunculkan penafsiran barn terhadap teks suci. Penolakan Syahrur terhadap taraduf memunculkan suatu masalah yang menarik untuk ditylili, yaitu 1 . Deskripsi penolakan, seperti apa, bagaimana, dan mengapa ia menolaknya. 2. Penerapan tesis terhadap teks kitab suci. 3. Implikasi dari penolakan terhadap taraduf %Z Pembimbing: Drs. H. Taufiq A Dardiri