TY - THES N1 - Pembimbing : 1. Prof. Dr.H. Fauzan Naif, 2. Inayah Rohmaniyah, M.Hum., MA. ID - digilib5794 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5794/ A1 - ATIK MASRIFAH - NIM. 06530067, Y1 - 2011/03/08/ N2 - Adopsi adalah istilah yang disalin dari bahasa asing yang berarti mengangkat anak. Adopsi merupakan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pelaksanaan adopsi didorong oleh berbagai kebutuhan. Seseorang mengangkat anak karena tidak dapat mempunyai anak kandung sendiri, menambah jumlah keluarga, atau karena jiwa sosialnya yang tinggi. Adopsi menjadi solusi untuk mengatasi hal-hal tersebut. Adopsi merupakan permasalahan hukum yang menyangkut banyak hal. Hukum yang mengatur adopsi dimaksudkan untuk menjaga agar kedua belah pihak, yaitu orang yang mengangkat dan orang yang diangkat, tidak dirugikan. Adopsi dalam al-Qur'an dikenal dengan istilah Ad'iya'. Di dalam al-Qur'an dijumpai dua ayat yang menjelaskan tentang adopsi yaitu QS. al-Ahzab [33]: 4-5. Fokus dari penelitian ini adalah penafsiran dua tokoh yakni Muhammad Ali al-Sayis dan Muhammad Ali al-Sabuni, dan membandingkan keduanya untuk mencari persamaan dan perbedaan baik dari aspek metodologi maupun substansi penafsirannya. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan sumber primer kitab Tafsir Ayat al-Ahkam dan sumber primer kitab Rawai' al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam Min al-Qur'an. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dokumentasi. Metode deskriptif-komparatif digunakan untuk menganalisis data, yaitu dengan menguraikan secara sistematis penafsiran kedua tokoh tersebut tentang konsep ad'iya' (adopsi) pada QS al-Ahzab [33]: 4-5, dan kemudian mengkomparasikannya sehingga ditemukan persamaan dan perbedaan metodologi dan substansi penafsiran. Berdasarkan penelitian, penafsiran Muhammad Ali al-Sayis dan Muhammad Ali al-Sabuni memiliki kesamaan dalam memahami QS al-Ahzab [33]: 4-5. Keduanya menafsirkan adiyya' sebagai sebuah tradisi jahiliyah yang kemudian dihapuskan setelah datangnya syara'. Keduanya juga menyebutkan bahwa adopsi yang menganggap anak sebagai anaknya sendiri atau sekedar memanggil yang tidak sesuai dengan nasabnya tidak dibenarkan dan dianggap berdosa. Keduanya menganjurkan untuk menggunakan panggilan ya akhi / ya ukhti atau ya maulaya terhadap orang yang diangkat jika belum diketahui nasabnya. Metode yang digunakan keduanya juga sama yaitu metode tahlili yang mencakup banyak aspek. Kesamaan baik dari substansi maupun metodologi yang digunakan ini menurut penulis karena dipengaruhi latar belakang keilmuan yang sama, yakni ahli dalam bidang fikih, sehingga corak penafsirannya pun cenderung tidak ada perbedaan. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - tafsir KW - ayat al-Ahkam M1 - skripsi TI - PENAFSIRAN MUHAMMAD ALI AL-SAYIS DAN MUHAMMAD ALI AL-SABUNI TENTANG AD?IYA?DALAM TAFSIR AYAT AL-AHKAM QS. AL-AHZAB [33] : 4-5 AV - restricted ER -