%A NIM.: 07520001 Siti Muthirah %O Pembimbing: Khairullah Zikri, S.Ag, MAStRel %T KONTRASEPSI DALAM PANDANGAN GEREJA KATOLIK St. ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA %X Skripsi dengan judul “Kontrasepsi dalam Pandangan Gereja Katolik St. Antonius Kotabaru” merupakan penelitian lapangan (field research) melalui wawancara dengan beberapa responden dan juga didukung dengan bahan pustaka berupa buku-buku, artikel-artikel cetak maupun online yang berkompeten terhadap tema ini. Skripsi ini membahas bahwa Ensiklik Humanae Vitae adalah surat resmi yang diterbitkan Paus Paulus VI. Gereja melalui Ensiklik Humanae Vitae menegaskan kembali ajaran moral Gereja bahwa moralitas pengaturan kelahiran anak harus dipahami dengan bertolak dari kebenaran dan makna seksualitas dan tindakan perkawinan. Dengan maksud melindungi perkawinan, Gereja mengajarkan pengaturan kelahiran dengan cara alamiah (Keluarga Berencana Alamiah), dan bukan dengan kontrasepsi. Sehingga dalam perjalanannya Ensiklik ini masih menimbulkan pro kontra di kalangan umat termasuk juga Majelis Agung Waligereja yang merupakan federasi para Uskup se- Indonesia. Selanjutnya penulis membatasi pokok penelitian ini dengan tiga rumusan masalah utama yang hasilnya merupakan isi dari skripsi ini. Adapun ketiga rumusan masalah tersebut adalah; (1) Bagaimana latar belakang dan maksud dari Ensiklik Humanae Vitae sebagai respon Gereja Katolik tentang Kontrasepsi? (2) Bagaimana pandangan Gereja Katolik St. Antonius Kotabaru Yogyakarta tentang kontrasepsi ? (3) Apa pengaruh kontrasepsi terhadap terciptanya keluarga Katolik sejahtera di lingkungan Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta? Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-historis dan teologis terkait pandangan Gereja Katolik tentang kontrasepsi dengan melihat sejarahnya, Ensiklik Paus Paulus IV sebagai responnya dan melihat pengaruh kontrasepsi, dan selanjutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MAWI menyatakan “Berpeganglah pertama dan terutama pada ajaran resmi Gereja sebagai dasar yang kokoh untuk petunjuk praktis pastoral kita”, sehingga MAWI akhirnya mengusulkan (bukan memaksa) kepada pasangan-pasangan suami istri Katolik supaya dalam pilihan metode-metode KB sebaiknya mereka memberi prioritas kepada metode-metode KBA: “Dalam rangka usaha mengadakan, menjarangkan, atau membatasi kehamilan dan kelahiran-kelahiran baru, hendaknya metodemetode alamiah (penggunaan masa tidak subur) beserta segala perbaikannya lebih diperkenalkan dan dianjurkan”. Dalam prakteknya masih banyak umat yang belum bisa menjalankan KBA dan lebih memilih memakai kontrasepsi, namun Gereja memahami dan mengerti bahwa KBA memang sulit untuk dijalankan, karena dibutuhkan kedisiplinan tinggi dari masing-masing suami istri dan KBA akan sukses jika menjadi “way of life” (cara hidup) sejak permulaan hidup perkawinan. Semua ini dilakukan agar menjadi keluarga bahagia sejahtera lahir dan batin. %K Kontrasepsi, Gereja Katolik, Ensiklik Humanae Vitae, Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI), Keluarga Sejahtera %D 2011 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib58422