%0 Thesis %9 Masters %A Miftahul Umam, NIM.: 20205032026 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2023 %F digilib:59174 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tafsir Al Qur'an, Q.S. Fa>tir [35]: 27-28, Alam Semsesta %P 212 %T PENAFSIRAN ATAS Q.S. FATIR [35]: 27-28 PERSPEKTIF MA’NA CUM MAGHZA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59174/ %X Pemahaman dan pelabelan ulama di masyarakat kerap kali difokuskan pada penampilan religius seseorang, atau kepada seseorang yang memahami ilmu agama, bahkan digunakan oleh elit tertentu untuk pemenuhan ambisi semata. Pemahaman parsial dan argumen mengenai ulama kerap didasarkan pada dalil yang tertulis Q.S. Fa>t}ir [35]: 27-28, dalam artian lain, apa yang dipahami oleh sebagian masyarakat mengenai konsep ulama dalam Q.S. Fa>t}ir [35]: 27-28, kurang mempertimbangan kesatuan makna teks dan konteks secara utuh. Dari argumentasi tersebut, peneliti berusaha menghadirkan penelitian dan penafsiran dinamis yang sesuai dengan konteks hari ini, tanpa mengesampingkan susunan kata dan konteks sejarah yang berkaitan dengan ayat tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Ma’na>-Cum-Maghza> milik Sahiron Syamsuddin, sebagai landasan analisis dan pembacaan atas Q.S>. Fa>t}ir [35]: 27-28. Kajian ini menggunakan kajian pustaka (library research), dengan metode analisis deskriptif dalam pengolahan datanya. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, yaitu bagaimana bentuk makna historis Q.S. Fa>t}ir [35]: 27-28, bagaimana bentuk signifikansi fenomenal historinya, dan bagaimana bentuk signifikansi fenomenal dinamis ayat tersebut. Selanjutnya, mengenai hasil penelitian ini terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama, beragam kata kunci yang dianalisis menggunakan analisa linguistik, secara intratekstual dan intertekstual menemukan bahwa ayat ini bermuatkan ajaran tauhid atau keimanan, dan dapat disadari bahwa term ulama tidak terbatas kepada keilmuan tertentu, namun keimanan menjadi salah satu patokan dasar dalam diri seorang ulama. Kedua, kesatuan ayat menunjukkan bahwa ayat ini menjelaskan pananaman keimanan oleh Allah kepada Rasulullah dan para sahabatnya, dan Allah menguatkan keimanan mereka dengan kahadiran alam semesta. Keanekaragaman ciptaan Allah dapat digunakan sebagai media dakwah bagi orang mukmin, untuk mengajarkan keimanan kepada orang-orang kafir. Selain itu, dengan pengetahuan atas aneka ragam ciptaan Allah beserta pelajaran yang terkandung di dalamnya, patutnya dapat membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, yakni mendudukan dirinya dihadapan pencipta alam. Ketiga, sebagai pengembangan dari signifikansi historis yang terdapat di poin kedua, penelitian ini menemukan lima bagian yang perlu dieksplorasi dari Q.S>. Fa>t}ir [35]: @27-28, pertama, perkembangan keilmuan alam dari hasil penelitian orang beriman, seharusnya dapat mengukuhkan rasa percaya mereka kepada Tuhannya, dan keimanan mereka dapat direfleksikan dengan cara menjaga tatanan alam. Kedua, ketidakpercayaan para agnostik dan ateis kepada esksistensi Tuhan atau bahkan kepada kekuasaannya terhadap semesta, dapat ditanggulangi dengan penalaran kritis yang melibatkan keaneragaman semesta, yang tebentuk karena sebab-akibat, bukan kepada sebuah kebetulan belaka. Ketiga, untuk melihat kualitas ulama yang ideal di tengah masyarakat, setidaknya harus memenuhi empat syarat, yaitu memiliki keyakinan kepada Allah, berbudi pekerti luhur, memiliki kecerdasan kognitif dan kecerdasan natural. Keempat, beragam penyebutan makhluk hidup dan benda mati dalam Q.S. Fa>t}ir [35]: 27-28, mengindikasikan keterlibatan ilmuwan sains atau biologi yang mahir dalam mempelajari keragaman makhluk di dunia ini. Adapun bentuk kontribusi ilmuwan ditunjukkan dengan memenuhi kebutuhan manusia dari tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut menjadi salah satu problematika kontemporer, dan salah satu cara pengentasannya menggunakan rekayasa genetika tumbuhan, yang dikerjakan sesuai dengan prinsip-prinsip bioetika. Kelima, para ilmuan sepatutnya menyadari segala tindakan dan keilmuan yang dimilikinya, mengaplikasinnya dalam batas kewajaran, dan selalu mengingat bahwa kuasa tertinggi ada pada yang menciptakan alam semesta. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Phil Sahiron Syamsuddin, M.A