TY - THES N1 - Pembimbing: Dr. Moh. Soehadha, S.Sos.M.Hum. ID - digilib59839 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59839/ A1 - Yusi Wahidah, NIM.: 19105040025 Y1 - 2023/05/30/ N2 - Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan terhadap tradisi yang bernuansa budaya lokal yaitu ritual Hajat Laut di pesisir Pangandaran. Kebudayaan masyarakat pesisir yang bersifat simbolis sebagai bagian dari ekspresi keagamaan yang cenderung mengarah pada ?sinkretis? yaitu suatu pencampuran antara Islam dengan budaya lokal. Berangkat dari permasalahan tersebut, dalam skripsi ini penulis merumuskan dua rumusan yaitu mengenai bagaimana gambaran pelaksanaan ritual Hajat Laut di pantai Pangandaran dan juga bagaimana perbedaan pandangan ormas di Pangandaran terhadap pelaksanan ritual Hajat Laut tersebut. Di dalam penelitan ini, penulis menggunakan dua teori untuk menganalisis dua rumusan masalah pada skripsi ini. Yang pertama teori simbol ritual yang dirumuskan oleh Victor Turner memiliki arti bahwa ritual dalam masyarakat dianggap telah berperan memperkukuh integrasi sosial dan yang kedua teori tindakan sosial yang dirumuskan oleh Max Weber. Selain itu, penelitian yang penulis kaji disini juga menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena dianggap sesuai dengan tema dan judul yang diajukan sehingga peneliti akan lebih leluasa untuk menampilkan data-data yang diperoleh dengan bentuk deskripsi tulisan dari sumber data yang didapat dalam penelitian. Sehingga, hasil yang didapatkan yaitu, temuan dari penelitian ini bahwa ritual Hajat Laut pantai Pangandaran biasa dilaksanakan setiap bulan Syura menurut penanggalan Jawa atau pada bulan Muharram menurut penanggalan Hijriah. Selain itu menurut bagaimana pandangan ormas Islam Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, dan MUI di Pangandaran ketika memandang ritual Hajat Laut bahwasany dipandang menggunakan dua tindakan, yaitu tindakan rasionalitas instrumental dan tindakan tradisional yang mana ormas Islam Muhammadiyah dan MUI mereka memandang ritual Hajat Laut hanya sebuah mitos kemudian tindakan tradisional yang mana ormas Islam NU di Pangandaran memandang ritual Hajat Laut hanya sebuah tradisi yang tidak hanya terjadi di laut saja, tetapi di bumi juga bisa terjadi ketika ada pertanian yang dinamakan sedekah bumi. Dengan demikian NU di Pangandaran perlahan memperbolehkan budaya dan kegiatan tradisi tetap dilakukan akan tetapi tetap dilakukan dengan kegiatan keagamaan. Sedangkan ormas Islam Muhammadiyah dan MUI memiliki tujuan yang sama ingin merubah budaya Hajat Laut dari kegiatan berbau mitos berubah menjadi kegiatan yang diisi dengan kegiatan yang lebih terarah sesuai ajaran agama Islam yang mana ormas Muhammadiyah dan MUI melarang keras apabila kegiatan yang tidak sesuai sariat agama Islam dilakukan pada acara Hajat Laut di pantai Pangandaran. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Hajat Laut KW - Sosial dan Budaya KW - Ormas Islam M1 - skripsi TI - PERBEDAAN PANDANGAN ORMAS ISLAM DAN MASYARAKAT NELAYAN PADA RITUAL HAJAT LAUT PANTAI PANGANDARAN DI DESA PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN AV - restricted EP - 122 ER -