@phdthesis{digilib61748, month = {December}, title = {PENGAJARAN MUHADATSAH DENGAN METODE ROLE PLAY DI MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN WALISONGO PONTIANAK KALIMANTAN BARAT}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 00420405 Lia Anggrnini}, year = {2004}, note = {Pembimbing: Drs. H. ZainaJ Arifin A., M. Ag}, keywords = {pengajaran muhadatsah; santri; guru; pembelajaran}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61748/}, abstract = {Guru sebagai pengajar harus dapat menggunakan metode dan strategi yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa. Jika hal tersebut dilakukan guru maka akan tercipta lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan. Metode menjadi paling penting dalam pengajaran karena metode akan menentukan isi dan cara mengajarkan Bahasa. Pondok pesantren Walisongo Pontianak Kalimantan barat menggunakan salah satu metode yang cukup menarik yaitu drama atau Role Play (bermain peran). Metode Role Play ini dipilih karena pada metode ini siswa ikut aktif dalam pengajaran, sehingga siswa akan lebih tertantang dalam mempelajari pelajaran rnuhadatsah, karena segala persiapan dan lancamya pengajaran tergantung kemahiran mereka dalam mengucapkan dialog dalam percakapan dan peran mereka dalam drama yang mereka jalankan. Halsil penelitian ini adalah: 1. Perencanaan yang di buat kedua ustadz adalah perencanaan yang bersifat harian dan mingguan. Harian yang berisi tentang rencana harian saat akan melaksanakan pengajaran dan mingguan yaitu hanya berisi garis besar dalam pengajaran. 2. Pelaksanaan pengajaran yang dilakukan pada pengajaran Muhadatsah berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaan pengajaran Muhadatsah kedua ustadz melaksanakan metode bermain peran bebas, yaitu naskah dan segala persiapan dilakukan oleh santri. 3. Pelaksanaan evaluasi pada pengajaran Muhadatsah dengan metode Role Play kedua ustadz menggunakan metode Evaluasi non tes; yaitu pelaksanaan evaluasi tanpa melaksanakan tes. Evaluasi pada pengajaran Muhadatsah dengan metode Role Play, dengan menggunakan teknik observasi; yaitu dengan observasi langsung menilai secara sistematis dengan dua aspek kemahiran berbicara yaitu kebahasaan dan non kebahasaan.} }