@phdthesis{digilib61977, month = {July}, title = {ANALISIS KISAH NABI MUSA DALAM AL-QUR?AN Q.S TAHA [20]: 41-44 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 1905031006 Pradika Yoga Pratama}, year = {2023}, note = {Pembimbing: Aida Hidayah, S.Th.I, M.Hum}, keywords = {Kisah Nabi Musa, Tafsir Maqasidi, Q.S Taha, Qaulan Layyina}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61977/}, abstract = {Penafsiran kisah Nabi Musa dalam Q.S Taha [20]: 41-44 cenderung masih diinterpretasikan sebagai kajian lughawi maupun secara tarikhi. Dalam karya tafsir-tafsir terdahulu cenderung mengesampingkan nilai-nilai maqasid yang terdapat dalam al-Qur?an. Padahal dengan kurangnya kajian maqasid dalam al-Qur?an merupakan salah satu hal yang kurang tepat dalam studi interpretasi al-Qur?an. Berangkat dari hal tersebut, skripsi ini ditulis dengan berfokus menjawab tiga rumusan masalah. Pertama, bagaimana penafsiran dari narasi kisah Nabi Musa dalam surat Taha ayat 41-44. Kedua, apa saja hikmah dan maqasid yang terkandung dalam narasi kisah Nabi Musa dalam surat Taha ayat 41-44. Ketiga, bagaimana kontekstualisasi narasi kisah Nabi Musa dalam surat Taha ayat 41-44. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan tafsir maqasidi Abdul Mustaqim. Penggunaan Tafsir Maqasidi sebagai alat pembacaan Q.S Taha [20] : 41-44 agar menjadikan penafsiran pada ayat lebih hidup dan dinamis, sehingga tidak berkutat terbatas pada bingkai tekstualisme penafsiran. Adapun hasil dari penelitian yang dapat penulis simpulkan dengan menggunakan pendekatan Tafsir Maqasidi, nilai-nilai maqasid zahir yang terkandung dalam Q.S Taha [20]: 41-44 yaitu: 1.) Hifz ad-Din (menjaga agama) mensyiarkan Islam, 2.) Hifz al-Nafs (menjaga jiwa) pentingnya menjaga keselamatan jiwa. Adapun nilai-nilai maqasid batin dari Q.S Taha [20]: 41-44 yaitu: 1.) al-Mas? ?liyyah (tanggung jawab) seorang Rasul dalam menyampaikan ajaran Allah, 2.) al-Hurriyah (kebebasan) seseorang memiliki kebebasan dalam memilih sesuatu. Selain itu, penulis mencoba untuk mengkontekstualisasikan dari kisah Q.S Taha [20] 41-44 dengan konteks zaman sekarang dengan mengacu pada nilai-nilai maqasid yang ada dalam ayat tersebut. Dari hasil analisis tersebut penulis mendapatkan nilai-nilai yang relevan sebagai berikut: 1.) Makna qoulan layyina, perkataan yang menunjukkan kelembutan yang menyentuh hati bagi orang yang diajak bicara, 2.) Qaulan layyina sebagai model komunikasi di tengah menjamurnya ujaran kebencian, dengan kata lain sebagai tameng diri dari pengaruh negatif yang didapatkan, 3.) Kontekstualisasi kisah Nabi Musa dalam Q.S. Taha [20] 41-44, meliputi kriteria pendakwah yang ideal di tengah era teknologi yang berkembang pesat, sikap ulama? ketika berdakwah pada pemimpin negara, dan sikap toleransi dalam berdakwah.} }