TY - THES N1 - Pembimbing: Warsono, M.Si ID - digilib62069 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62069/ A1 - Sigit Prasetvo, NIM.: 99454358 Y1 - 2004/07/24/ N2 - Pandangan Newtonian bersifat deterministik, yakni masa depan suatu sistem, pada prinsipnya, dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondisi sistem itu sekarang. Ia bersifat reduhionistik, yaitu perilaku sistem ditentukan sepenuhnya oleh perilaku bagian-bagian terkecilnya. Di samping itu, ia juga bersifat realistik, yakni, teori ilmiah dapat menggambarkan dunia sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi pengamat. Tiga asumsi ini digugat fisika kuantum pada abad ke-20. Pada abad ke-20, fisika kuantum terntama pada prinsip ketidakpastian Werner Heisenberg yang menelaah tentang gerak elektron, mengasumsikan bahwa fisika kuantum bersifat indeterministik, yakni adanya sifat probabilistik pada suatu sistem. Ia bersifat holistik, yaitu pandangan terhadap suatu sistem secara keseluruhan yang tidak dapat dianalisis sebagai jumlah bagian-bagiannya secara terpisah. Di samping itu ia juga mengasumsikan bahwa peran seorang pengamat sangat mempengaruhi objek yang diamati. Tiga asumsi ini telah membangkitkan isu-isu penting seputar hubungan antara hukum dan kebetulan, antara bagian dan keseluruhan, antara pengamat dan objek yang diamati. Lebih dari itu, prinsip ketidakpastian Werner Heisenberg dalam teori kuantum telah mengangkat wacana seputar sains dan agama. Wacana ini muncul, karena melibatkan hubungan antara kontrol Tuhan atas peristiwa, determinasi oleh hukum alam se1ta kehadiran kebetulan pada tingkat kuantum. Gagasan tentang alam semesta yang dikendalikan oleh hukum alam tampaknya tidak sejalan dengan gagasan tradisional tentang tindakan Tuhan di dunia. Lebih belakangan lagi, peran kebetulan dalam fenomena kuantum telah menentang gagasan tentang tujuan dan kedaulatan Ilahi. Menurut perspektif Al-Qur'an, implikasi yang pertama mengenai hubungan antara hukum dan kebetulan, menerangkan bahwa di dalam Al-Qur'an aturan-aturan Allah S.W.T. dalam penciptaan maupun kejadian-kejadian di alam diikuti oleh alam semesta dengan taat. Hal ini diwujudkan dalam hukum alam (sunatullah) yang bersifat deterministik, walaupun kadang-kadang timbul ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian timbul karena adanya reaksi penyimpangan yang terjadi di alam. Hal itu lebih disebabkan oleh ketidakcukupan pengetahuan manusia ketimbang karena ketidakaturan atau hukum fi{rah alam. Implikasi yang kedua tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan, Al-Qur'an menjelaskan kepada manusia bahwa dalam memandang alam hendaklah secara komprehensif, bukan sekedar kumpulan bagian-bagian yang saling terisolasi, serta adanya kesalinghubungan di antara bagian-bagian tersebut dan kesamaan asalusulnya, sehingga alam semesta dapat dipahami dengan keseluruhan yang utuh Vl dibalik keseragaman bagian-bagiannya. Sedangkan implikasi yang ketiga adalah hubungan antara pengamat dengan objek yang diamati. Dalam hal ini, Al-Qur'an menerangkan kepada manusia dalam melakukan observasi dan eksperimentasi terhadap alam, manusia dituntut untuk menggunakan indra eksternal maupun inteleknya. Oleh karena itu, ketika manusia tidak bisa mengamati elektron yang sangat luar biasa kecilnya, hal itu bukan disebabkan karena keterbatasan percobaan atau konseptual melainkan karena keterbatasanfitrah manusia. Dengan demikian, meskipun observasi dan eksperimentasi tak dapat dihindari untuk meraih informasi dari dunia eksternal, ia bukanlah alat-alat yang cukup. Bila manusia hanya bersandar pada indra-indra eksternal, manusia tidak akan mampu menafsirkan dunia fisik, dan menemukan hubungan di antara kejadian-kejadian alam. Kata kunci: Prinsip Ketidakpastian Werner Heisenberg, Teori Kuantmn, AlQur'an PB - UIN SUNAN KALIJAGA KW - Teori Kuantun KW - mekanika matrik M1 - skripsi TI - PRINSIP KETIDAKPASTIAN WERNER HEISENBERG DALAM TEORI KUANTUM MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN AV - restricted EP - 150 ER -