@phdthesis{digilib63603, month = {December}, title = {PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI : STUDI KASUS MADRASAH TAHFIDZ PUTRI ANAK PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 19107020018 Azmy Ifadatunnisa}, year = {2023}, note = {Pembimbing: Dr. Yayan Suryana M.Ag}, keywords = {Pondok Pesantren, Kemandirian, Perkembangan Psikososial}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63603/}, abstract = {Pondok pesantren anak untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sederajat belakangan ini menjadi lembaga pendidikan yang populer dan banyak diminati oleh orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Salah satu alasannya adalah agar anak dapat belajar ilmu agama secara mendalam dan sebagai tempat untuk melatih kemandirian anak. Kemandirian merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu sebagai bekal hidup yang akan dibawa hingga masa tua. kemandirian merupakan salah satu masalah dasar yang ada setiap anak. Hal tersebut juga terjadi pada santri MTPA, karena kemandirian merupakan salah satu faktor fundamental dalam tumbuh kembang manusia khususnya pada anak-anak, maka kemandirian perlu dibentuk sedini mungkin. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis mengenai peran pondok pesantren dalam membentuk kemandirian santri MTPA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang berusaha menjelaskan mengenai peran pondok pesantren dalam membentuk kemandirian anak. Adapun subjek dari penelitian ini adalah santri dan pembimbing Madrasah Tahfidz Putri Anak Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menganalisis data penelitian yang telah didapatkan, peneliti menggunakan teori Perkembangan Psikososial Erikson untuk mengetahui bagaimana peran pondok pesantren dalam membentuk kemandirian pada anak usia 6 sampai 12 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pondok pesantren dalam membentuk kemandirian santri ada empat, yakni menghadirkan pembimbing yang humanis, membuat kegiatan yang menyenangkan dan fleksibel, sarana dan prasarana yang memadai dan selalu mengapresiasi terhadap prestasi dan capaian santri. kemudian dengan empat peran tersebut bagi setiap santri MTPA yang mampu menerima stimulus yang diberikan oleh MTPA dengan baik maka akan terbentuk menjadi santri mandiri seperti santri mampu membangun interaksi dengan orang lain, santri mampu bersosialisasi dengan orang sekitar dan santri merasa bangga terhadap pencapaiannya, sebaliknya jika santri MTPA yang tidak mampu menerima stimulus yang telah diberikan pondok pesantren dengan baik, maka akan menjadi santri yang tidak mandiri, seperti individu rendah diri, sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tidak percaya diri.} }