@mastersthesis{digilib63953, month = {December}, title = {REINTERPRETASI Q.S. ALI ?IMRAN [3]: 118 PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MA?NA-CUM-MAGHZA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 21205032012 Subaidah}, year = {2023}, note = {Pembimbing: Dr. Mahbub Ghazali}, keywords = {Q.S. Ali ?Imran [3]: 118, Ma?na Cum Maghza, Pertemanan, Toxic Relationship}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63953/}, abstract = {Penafsiran terhadap Q.S. Ali ?Imran [3]: 118 mengenai larangan orang muslim menjalin hubungan sosial diluar golongannya diperdebatkan maknanya oleh para mufasir. Al-Thabari misalnya memaknai ayat tersebut cenderung menspesifikkan larangan bagi orang muslim untuk menjadikan orang kafir, Yahudi sebagai teman. Berbeda dengan Buya Hamka memperbolehkan menjalin pertemanan dengan orang diluar golongan muslim tapi harus berhati-hati. Perbedaan penafsiran yang dimunculkan oleh para mufassir klasik-kontemporer, menyebabkan ayat ini perlu adanya dikonstruksi ulang untuk mendapatkan penafsiran yang lebih relevan dengan kondisi sekarang. Penelitian ini berfokus mengkaji makna historis, signifikansi historis, dan signifikansi dinamis kontemporer dari Q.S. Ali ?Imran [3]: 118 dengan tujuan menemukan makna yang relevan di era sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kepustakaan yang didasarkan pada sumber-sumber data terkait dengan penelitian, dengan menerapkan teori pendekatan Ma'n{\=a} Cum Magz{\=a}. Adapun teori ini menggunakan hermeniutika Ma?na Cum Maghza dengan melalui empat komponen yaitu Linguistik, Intrateks, Interteks, dan Konteks Historis. Pendekatan Ma'n{\=a} Cum Magz{\=a} dianggap sebagai suatu metode yang seimbang dalam menginterpretasi Al-Qur'an di tengah berbagai aliran penafsiran pada era kontemporer. Pemilihan teori ini dilakukan karena teori tersebut menyediakan alat kerja yang terstruktur dan komprehensif dalam menyajikan tafsir Al-Qur'an, menggabungkan perangkat ilmu klasik dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Q.S. Ali ?Imran [3]: 118 hakikatnya tidak berfokus pada problematika jalinan hubungan pertemanan dengan orang-orang diluar golongan (nonmuslim), tetapi dengan pendekatan Ma?na Cum Maghza mempunyai beberapa aspek hasil: pertama, makna historis yang menunjukkan ayat ini merupakan larangan orang mukmin berteman dekat dengan orang di luar golongan mukmin (Yahudi dan Nasrani). Kedua, signifikansi historis, pesan utama ayat ini berupa penegasan adanya kebolehan untuk berteman dengan siapapun tanpa memandang agama, asalkan pertemanan tersebut bersifat sehat dan tidak membawa dampak negatif (toxic). Ketiga, signifikansi dinamis kontemporer bahwa pentingnya berhati-hati dalam menjalin pertemanan dengan kriteria orangorang yang mempunyai sifat toxic. Orang-orang yang memiliki sifat toxic berpotensi melakukan sebuah pengkhianatan, terkhususnya kepada orang yang mempunyai sifat munafik dalam sebuah pertemanan. Pertemenan sejenis ini telah dilarang karena potensi bahaya yang ditimbulkan, seperti adanya gangguan emosional, baik psikis maupun fisik.} }