relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63962/ title: MAKNA SEMIOTIKA KISAH NABI ADAM DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 30-39 MENURUT TAFSIR FAID AL-RAHMAN K.H. SHOLEH DARAT AL-SAMARANI creator: Alimuddin Hasibuan, NIM.: 21205032044 subject: Ilmu Alqur’an dan Tafsir description: Kemunculan kajian ini berawal dari ketertarikan sekaligus kegelisahan peneliti terhadap anggapan banyak masyarakat terkait pemaknaan kisah Nabi Adam. Konstruksi sosial yang terbangun secara tekstual dan selama ini beredar di masyarakat ialah; Nabi Adam merupakan manusia pertama di bumi dan seorang Nabi yang melanggar larangan Allah untuk tidak mengonsumsi pohon buah khuldi, dan berhasil dihasut oleh iblis hingga akhirnya diturunkan ke bumi bersama Hawa. Artinya, konstruksi sosial tersebut belum bisa dipertangunggajawabkan secara ilmiah. Selain hal sosio-praktis yang tersebut di atas, peneliti juga tertarik untuk bagaimana meneliti kisah Nabi Adam lebih jauh menggunakan semiotika dan dalam paradigma sufi-isyari khas Nusantara. Penelitian ini akan berfokus pada (1) Bagaimana penafsiran dan pendekatan Kiai Sholeh Darat terhadap ayat-ayat Kish. (2) Bagaimana makna semiotika penafsiran Kiai Sholeh Darat terhadap ayat-ayat kisah. Pendekatan yang dipakai adalah content-analysis. Penelitian ini termasuk dalam kajian kualitatif dengan teknik pengumpulan data library research. Data primernya berupa Q.S. al-Baqarah [2]: 30-39 yang tertulis dalam tafsir Faiḍ al-Raḥmān karya Kiai Sholeh Darat al- Samarani, serta data sekunder yang mendukung serta relevan dan dianalisis menggunakan teori semiotika Michael Riffaterre. Penelitian ini ditemukan kesimpulan bahwa (1) dalam menuliskan tafsir Faiḍ al-Raḥmān, Kiai Sholeh Darat menggunakan metode tahlili (analisis), lebih lengkapnya dengan analisis-deskriptif yang berimajinasi sufistik, dengan tambahan kutipan ayat lain atau hadits untuk menguatkan penafsirannya, sehingga memunculkan gaya yang disebut Riaffterre dengan displacing of meaning, distorting of meaning dan creating of meaning dan (2) secara semitotika, satuan segmen kata atau kalimat dalam Q.S. al-Baqrah [2]: 30-39, diantaranya; (a) “khalīfah”, (b) “al-asmā-a kullahā”, (c) “fasjudu”, (d) “wa lā taqarabā hāżihis syajarah”, (e) “fa-akhrajahumā”, (f) “kalimātin fatāba ‘alaīh”, dan (g) “hudāya atau hudan”, memuat unsur-unsur sufistik yang ditasfirkan oleh Kiai Sholeh Darat dengan begitu “bebas” selaiknya bagaimana seorang sufi mengucapkan kalam hikmah, akan tetapi tetap berada pada ruang syariat, tidak radikal atau ekstrem seperti yang terjadi pada nalar sufi-nazari. date: 2024-01-25 type: Thesis type: NonPeerReviewed format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63962/1/21205032044_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf format: text language: id identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63962/2/21205032044_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf identifier: Alimuddin Hasibuan, NIM.: 21205032044 (2024) MAKNA SEMIOTIKA KISAH NABI ADAM DALAM Q.S. AL-BAQARAH AYAT 30-39 MENURUT TAFSIR FAID AL-RAHMAN K.H. SHOLEH DARAT AL-SAMARANI. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.