%A NIM.: 03111312 Muhammad Maghfur Arifin %O Pembimbing: Moh. Kanif Anwari, S.Ag, M.Ag %T IMTIZAJ AL LUGHAT AL JAWIYAH BI AL LUGHAT AL 'ARABIYAH FI AL MUHADATHAT AL LUGHAT AL JAWIYAH (DIRASAH TAHLILIYAH FI 'ILM AL LUGHAH WA AL IJTIMA'IYAH FI KUTOREJO TUBAN BI JAWA AL SHARQIYAH) %X Masyarakat bilingual adalah masyarakat yang menggunakan dua bahasa, baik secara produktif atau pun reseltif oleh individu atau oleh masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tau dua bahasa (knowledge of two languages) cukup mengetahui bahasa secara pasif (understanding without speaking). Dalam tipe masyarakat yang seperti itu tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak, murni tanpa sedikitpun memanfaatkan unsur-unsur bahasa lain. Karena itu sering dijumpai betapa dalam bahasa tutur setiap orang nyaris selalu menggunakan kode-kode bahasa yang diambil dari bahasa selain bahasa utama. Gejala-gejala seperti di atas tampak pada masyarakat Kutorejo, Tuban, Jawa Timur, yakni penggunaan serpihan-serpihan bahasa lain dalam kehidupan mereka sehari-hari. Serpihan-serpihan itu berupa bahasa Arab. Kenyataan ini terjadi terutama bertaut ketika di masyarakat Kutorejo tidak hanya masyarakat Jawa akan tetapi juga terdapat masyarakat pendatang, atau masyarakat keturunan Arab. Pertemuan dua bahasa ini pada akhirnya melahirkan gejala kebahasaan yang menarik, di mana di Kutorejo terjadi penggunaan serpihan-serpihan Bahasa Arab dalam Bahasa Jawa. Dari itulah kta-kata Arab seperti ana, anta, rokhis, gholin, dan lain sebagainya sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Saking berlimpahnya gejala kebahasaan itu hingga muncul di masyarakat Tuban istilah “Bahasa Arab Kutorejo”. Istilah ini tentu saja muncul sebagai akibat dari gejala kebahasaan yang dipakai orang-orang Kutorejo. Serpihan-serpihan kode Bahasa Arab yang digunakan warga Kutorejo meliputi berbagai varian mulai dari kata, frase, hingga kalimat. Umumnya serpihan-serpihan kode itu yang mencakup kosa kata, frase atau kalimat yang berkaitan dengan pergaulan sehari-hari. Seperti sapaan ana, anta, antum. Contoh kalimat seperti kalimat-kalimat sapaan: min aen, ila aen. kaif hal, sukron kasir dan lain sebagainya Campur kode atau penggunaan satu bahasa lain ke dalam bahasa lain selalu identik dengan gejala pemaknaan baru atau interferensi. Dari itulah penggunaan serpihan kode Bahasa Arab ke dalam pemakaian Bahasa Jawa di Kutorejo kemudian juga melahirkan gejala yang sama, dimana dari penggunaan itu terjadi pula pemaknaan-pemaknaan baru atas kata-kata yang digunakan. Bukan hanya itu peristiwa campur kode bahkan melahirkan kosa kata yang juga sama sekali kata baru dan memiliki makna baru. Sebagai contoh misalnya anta menjadi ente, lalu berubah menjadi entean. Makna asal anta adalah kamu. Saat anta mengalami interferensi fonetik menjadi ente, ia memang tidak memiliki makna baru. Namun saat ia mendapat tambahan –an menjadi ente-an. Kata ini tidak lagi menjadi kata ganti kedua yang bermakna kamu, akan tetapi menjadi kata baru yang bermakna juga baru yang sama sekali lain dari asalnya, menjadi bermakna pertemanan atau persahabatan Penggunaan serpihan kode bahasa Arab dalam percakapan bahasa Jawa di Kutorejo memiliki beberapa motif, antara lain motif dan latar belakang sejarah (historis), psikologis serta sosiologi %K Bahasa, Masyarakat Bilingual, Bahas Arab %D 2010 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib64005