@phdthesis{digilib64016, month = {October}, title = {TARJAMAH KITAB "AL JUMARAT" FI AL MADIY WA AL HADIR LI AL SHIRAZIY WA MUSHKILAT TARJAMAH USLUB AL TAWKID FIH (DIRASAH FI AL TARJAMAH)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 05110035 Adi Wicaksono}, year = {2010}, note = {Pembimbing: Drs. Khoiron Nahdiyyin, MA}, keywords = {Al-Jamarat Fi Al-Madi Wa Al-Hadir, Gaya Bahasa, Al-Jumra}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64016/}, abstract = {ABSTRAKSI Penelitian ini adalah penelitian literatur sekaligus usaha penejmahan terhadap buku Al-Jamara{\ensuremath{>}}t fi al-Ma{\ensuremath{>}}d\}i wa al-H\{a{\ensuremath{>}}d\}ir karya asy-Syirazi. Buku ini membahas hal-hal seputar al-Jumrah yang berkaitan dengan ritual melempar jumrah serta sejarahnya dari masa ke masa. Buku ini ditulis dalam ragam bahasa ilmiah. Hal ini terlihat dari banyaknya kutipan pendapat ulama terhadap permasalahan yang dikaji serta penggunaan penuturan yang singkat dan lugas dalam pengungkapan gagasannya. Selama proses penerjemahan, penulis mendapati sejumlah permasalahan dalam penerjemahan gaya bahasa penegasan yang banyak digunakan di dalamnya. Guna memetakan permasalahan yang dikaji, yakni gaya bahasa penegasan dalam bahasa Arab, penulis merujuk pada pendapat Prof. Adi Karim dalam Uslu{\ensuremath{>}}b at- Tauki{\ensuremath{>}}d fi al-Lugah al-?Arabiyyah yang mengklasifikasikan majas penegasan ( uslub taukid) dalam delapan kategori, yakni; (1) at-Taukid al-Lafdzi; (2) at-Taukid al- Ma?nawi; (3) at-Taukid bi al-Huruf; (4) at-Taukid bi al-Huruf az-Za`idah; (5) at- Taukid bi al-Mashdar; (6) at-Taukid bi an-Na?t al-?Adadi; (7) at-Taukid bi al-Qashr; dan (8) at-Taukid bi al-Qasam. Dalam menganalisa data-data permasalahan yang tersedia, penulis menggunakan pendekatan teori terjemah, khususnya teori terjemah komunikatif. Teori ini lebih menitikberatkan pada fluency (kefasihan dalam struktur bahasa sasaran) daripada fidelity (ketaatan pada stuktur bahasa sumber) dengan menggunakan dynamic equivalence (padanan lintas struktur) dan meninggalkan formal equivalence (padanan kata per kata) pada konteks-konteks tertentu. Melalui pendekatan semacam ini, penulis menemukan sembilan solusi penerjemahan gaya bahasa penegasan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, yakni penerjemahan dengan (1) adverbia penegas; (2) adverbia aspek perfek; (3) pembuangan atau elipsis; (4) adverbia pembatas; (5) partikel; (6) adverbia pembilang; (7) adverbia penjelas; (8) adverbia exageratif; dan (9) penerjemahan dengan menggunakan kata ?demi?} }