%0 Thesis %9 Skripsi %A Yusuf Hidayat Nasution, NIM.: 16120035 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:64244 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K gerakan sosial; Sosial-keagamaan; perkumpulan pelajar %P 92 %T GERAKAN SOSIAL-KEAGAMAAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH DI SUMATERA TIMUR, 1930-1942 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64244/ %X Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang didirikan tahun 1930 di Medan. Pendirinya adalah Abdurrahman Syihab, Ismail Banda dan M. Arsyad Thalib Lubis. Mereka merupakan murid-murid senior Maktab Islamiyah Tapanuli yang tergabung dalam Debating Club. Penelitian ini mengenai gerakan sosial-keagamaan yang dilakukan oleh Al Washliyah di Sumatera Timur tahun 1930-1942 M, karena wilayah ini menjadi basis pertama didirikannya organisasi ini. Dalam penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut: pertama Bagaimana latar belakang berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah, kedua Bagaimana perkembangan organisasi Al Jam’iyatul Washliyah, ketiga Bagaimana bentuk gerakan sosial-keagamaan organisasi Al Jam’iyatul Washliyah? Penelitian sejarah ini menggunakan pendekatan sosiologis, yaitu untuk mengetahui segala gejala sosial di masa lampau, khususnya tentang sosialkeagamaan Al-Washliyah. Konsep dan teori yang digunakan adalah gerakan sosial dan sosial-keagamaan. Menurut Anthony Giddens, gerakan sosial adalah upaya untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga yang mapan. Sosial-keagamaan adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berlandaskan agama. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah pertama, pembukaan perkebunan menjadikan daerah Sumatera Timur sebagai tempat migrasi sehingga penduduknya menjadi multi etnis. Dalam pemahaman agama, umat Islam sering berselisih paham dan sering menimbulkan pertikaian. Menanggapi hal tersebut para murid tertua Maktab Islamiyah Tapanuli membahas masalah tersebut dengan mendirikan Debating Club. Kedua, terbentuknya Al Washliyah tidak terlepas dari kondisi Sumatera Timur pada saat itu. Dua tahun awal, organisasi ini masih sering berganti pengurus dan belum berperan aktif dalam masyarakat. Di tahun ketiga dan seterusnya, Al Washliyah telah membuka cabang dan madrasahnya di berbagai daerah. Organisasi ini bercorak tradisionalis-modernis, tradisional dalam hal pemahaman agama dan modernis dalam pendidikan serta kegiatan lainnya. Ketiga, Al Washliyah memiliki beberapa bentuk gerakan sosial-keagamaan. Pertama, membangun madrasah yang mengajarkan ajaran Islam dan permasalahan-permasalahan dunia yang meliputi ibadah dan muamalat. Kedua, berdakwah untuk menyebar luaskan agama Islam. Ketiga, memelihara anak-anak yatim piatu, fakir miskin dan muallaf. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum