@phdthesis{digilib64384, month = {January}, title = {RELEVANSI HERMENEUTIKA AL-QUR?AN FARID ESACK TERHADAP PROBLEM KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 18105010046 Hasanudin}, year = {2024}, note = {Pembimbing: Dr. H. Fahrudin Faiz S.Ag., M.Ag}, keywords = {Hermeneutika Al Qur?an; Farid Esack; Kerukunan Umat Beragama}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64384/}, abstract = {Konflik antar umat beragama merupakan salah satu tragedi kemanusiaan yang seringkali terjadi di berbagai belahan dunia. Salah satu penyebab dari konflik tersebut adalah pendekatan yang digunakan oleh Umat beragama terhadap Kitab Sucinya, termasuk diantaranya Umat Islam. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pendekatan hermeneutika Al Qur?an Farid Esack dalam konteks kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Alasan menggunakan pemikiran Farid Esack karena melihat sejarah aktivisme dan pemikiran Farid yang bergelut dengan berbagai budaya, ras, dan agama yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini berupa metode kepustakaan (library research) yang termasuk dalam rumpun metodologi kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis dan disusun menggunakan metode deskriptif-analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Hermeneutika Farid Esack menggunakan seperangkat kunci atau prinsip dasar yang komprehensif untuk menjelaskan fungsi bagan hermeneutiknya, yaitu: taqwa, tauhid, al-nas, al-mustad'afun fi al-ard, 'adl-qist dan jihad. Kunci-kunci ini mencakup pendekatan metodologis dan etos yang mendasarinya, yang memungkinkan pemahaman kontekstual terhadap Al-Qur?an. hasil implementasi Hermeneutika Al-Qur?an Farid Esack, menjaga dan menciptakan kerukunan umat bergama adalah bagian dari kewajiban seorang muslim. Hal ini merujuk pada konsep Iman, Islam, dan Kufr yang bagi Esack tidak merujuk pada problem theologis, tapi pada ranah aplikatif (amal shaleh). Sebagai perwujudan dari ketiga konsep tersebut, Islam dan Muslim diartikan sebagai bagian dari komunitas kolektif-inklusif yang menentang keberadaan klaim kebenaran eksklusif. Selain itu, Umat Islam haruslah menjadi pionir bagi perubahan-perubahan sosial termasuk mengentaskan problem penindasan, marjinalisasi, kemiskinan, dan mengadakan perlawan terhadap kekuasaan yang menggunakan sistem menindas (kafir/thagut).} }