%0 Thesis %9 Skripsi %A M ZIKRI, NIM.: 07110023 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6500 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Nahwu, al-'ulum an-naqliyyah, kitab Ihya' al-Nahwi %T TAJDID AL-NAHWI FI KITAB IHYA' AL-NAHWI LI-IBRAHIM MUSTHOFA DIRASAH WASHFIYAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6500/ %X ABSTRAK Nahwu adalah keilmuan tradisional (al-'ulum an-naqliyyah) arab yang samapai saat ini memiliki andil yang sangat penting diantara keilmua-keilmuan Arab yang lainnya. Disiplin Nahwu ini pada masa formasinya sangat sederhana dan bersifat praktis, didorong semangat rasa tanggung jawab terhadap agama yang berkepentingan untuk menjaga otentitas bacaan al-Quran, dan dimaksudkan juga sebagai pelurusan terhadap bacaan-bacaan bahasa Arab yang dianggap menyalahi bacaan konvensional. Pada tahap perkembangannya keilmuan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, kemudian pemikiran secara filosofis menguasai ulama-ulama Nahwu yang berupaya memasukkan prinsip-prinsip logika formal dan rasionalitas ke dalam ilmu Nahwu, sehingga teori-teori keilmuan ini menjadi rumit. Dalam penelitian ini penulis mengangkat dan memperkenalkan gagasan yang dicetuskan oleh Ibrahim Musthafa (Wafat 1387H-1967M). Beliau adalah pembaharu Nahwu pada era modern, dan sebagai dosen pada fakultas Adab Universitas Fu'ad al-Awal (kini menjadi Universitas Kairo). Pada tahun 1936 beliau menyelesaikan karyanya dibidang nahwu yang ia berjudul 'Ihya' al- Nahwi (revitalisasi ilmu nahwu). Dengan harapan keilmuan Nahwu dapat kembali kepada asas awal kelahirannya. Pada penelitian ini menggunakan metode Deskriptif, yaitu menjelaskan fakta-fakta kemudian disusul dengan menguraikannya serta memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Pada ahirnya penenelitian ini menemukan pembaharuan Nahwu pada kitab Ihya' al-Nahwi dari berbagai aspek. Yang pertama ide-ide pembaharuan Ibrahim Musthafa (1). redivinisi Nahwu (Nahwu tidak hanya memperhatikan perubahan huruf ahir pada kata, akan tetapi hubungan yang terkait pada penyusunan kalimat dalam bahasa Arab), (2). penolakan terhadap konsep Amil konsep ini merupakan kombinasi dari pemikiran secara filosofis, sehingga ulama-ulama Nahwu mengabaikan makna yang terkandung didalamnya), (3). Pembatasan tanda I'rab (Ibrahim tidak memasukan fathah kedalam tanda I'rab). Kedua Penolakan tanda-tanda I'rab yang bersifat far'iyyah (adalah tanda I'rab yang diciptakan ulama-ulama Nahwu klasik yang berperan sebagai pengganti dari I'rab yang asli). Hal ini terjadi pada kasus (1).asma'ul khamsah, (2). jama' muzakkar salim, (3). isim ghairu munsharif. div %Z Pembimbing: Prof. Dr.H. Sugeng Sugiyono, MA.