TY - THES N1 - Pembimbing: 1. Fathorrohman, S.Ag.,M.Si. 2. Abdul Mughits, M.Ag. ID - digilib6579 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6579/ A1 - AHMAD NURLATIF, NIM. 07360012 Y1 - 2011/06/27/ N2 - Barakah atau berkah memang merupakan sebuah kata yang penuh makna, dari zaman ke zaman umat Islam berlomba-lomba untuk mencari keberkahan tersebut di dalam setiap segi kehidupannya. Ada yang mengharapkan keberkahan rizqi, keberkahan ilmu, keberkahan tempat dan lain sebagainya. Ber-tabarruk yang dimaksud di sini, adalah seseorang yang sengaja mencari (Jawa: ngalap) barakah dari sesuatu yang diyakini baik, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, misalnya seseorang yang mencium mihrab atau mimbar Nabi, sekalipun tidak menuhankan sesuatu yang ia cium itu, melainkan hanya terdorong oleh rasa cinta kepada pemiliknya. Di Indonesia, praktik-praktik tabarruk bisa ditemukan hampir di setiap wilayah yang di dalamnya terdapat seseorang yang dianggap mempunyai kekuatan adikuasa (keramat). Bagi masyarakat Yogyakarta, tradisi tabarruk atau yang di kenal dengan tradisi ngalap berkah sudah bukan hal yang asing lagi. Salah satu tradisi yang menarik minat masyarakat khususnya di kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman, untuk mendapatkan barakah adalah Saparan Ki Ageng Wonolelo. Masyarakat sangat antusias mengikuti upacara Saparan Ki Ageng Wonolelo untuk memperingati wafatnya Ki Ageng Wonolelo yang di anggap masyarakat sebagai waliullah yang menyebarkan agama Islam. Banyak pengunjung yang mendatangi dan memadati halaman makam untuk melakukan ritual ngalap berkah. Para pengunjung yang percaya bahwa makam, benda pusaka peninggalan beliau dan kue apem itu memiliki barakah mereka rela berdorong-dorong untuk ikut ziarah dan berebut kue apem yang ada di gunungan. Dalam hal ber-tabarruk, dilihat dari satu segi bahwa dakwah mubaligh masa lalu, dalam hal ini para wali, masih meniggalkan sejumlah quot;PR quot; yang harus digarap oleh para dai sekarang, yakni bagaimana caranya menggeser dan memurnikan budaya-budaya Islam yang masih berbau sinkretis dan syirik itu. Bukti-bukti budaya keagamaan yang mengandung unsur-unsursinkretis dan syirik itu antara lain kunjungan pada kuburan para wali yang para pengunjungnya meminta berkah kepada mereka. Demikian juga pengeramatan kuburan itu sendiri dan benda-denda peniggalan mereka. Pengeramatan benda-benda tertentu pada saat pelaksanaan upacara tradisional keislaman seperti pada waktu upacara sekaten di Yogyakarta, upacara Grebeg di Demak, upacara Ya Qawiyyu di Klaten, juga tradisi nyadran, nyekar ke makam leluhur dengan maksud minta berkah kepada arwah leluhur dan danyang-danyang yang dipercaya menguasai kawasan perkuburan. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - tabarruk; ngalap berkah; dakwah mubaligh; pondok pesantren M1 - skripsi TI - TABARRUK MENURUT PONDOK PESANTREN KI AGENG WONOLELO DAN PONDOK PESANTREN IRSYADUL ANAM AV - restricted EP - 96 ER -