TY - BOOK CY - Yogyakarta ID - digilib65883 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65883/ A1 - Dahlan, Achmad A1 - Laksana, Endri Nugraha A1 - Budianto, Dwi A1 - Herndiansyah, Deden A. A1 - Mujari, Muhamad Y1 - 2024/08// N2 - Menyalakan Cahaya dari Masjid ?Para dai itu seperti pegawai listrik,? ungkap Syaikh Abbas As-Siisi dalam kitab Ath-Thariq ilal Qulub. ?Ia pasang instalasi listrik di seluruh penjuru kota, memasang tiang dan kabel. Setelah itu aliran listrik masuk ke pabrik-pabrik, rumah-rumah, dan tempat-tempat lain. Jika energi listrik itu tidak dialirkan, maka seluruh penjuru kota akan diliputi kegelapan. Meski sebenarnya, saat itu tenaga listrik ada dan tersimpan di pusat pembangkit listrik.? Demikianlah pengandaian tentang keberadaan dai, mubaligh, dan khatib di tengah masyarakat. Peranannya sangat vital, tetapi jika fungsi yang sangat penting tersebut tidak berjalan maka masyarakat tidak terbimbing dengan baik. Para dai, mubaligh, dan khatib merupakan tokoh-tokoh kunci di tengah masyarakat. Keberadaannya tidak sekadar objek pelengkap dalam acara-acara seremonial. Mereka hadir di tengah masyarakat, hidup di dalamnya, berinteraksi dengan warga, dan minimal sepekan sekali mereka memberikan arahan dalam khutbah Jumat. Merekalah orang-orang yang memastikan cahaya kenabian menyala di tengah masyarakat. Para dai, mubaligh, dan khatib di masjid-masjid merupakan penjaga gawang moralitas di kampung-kampung dan gang-gang. Kadangkala mereka harus memainkan peran ganda. Saat tertentu harus menunaikan tugas-tugas pekerjaan sesuai profesi mereka, baik sebagai guru, pegawai kantor, petani, pedagang, karyawan, dan sebagainya. Di sisi lain, ada di antara mereka harus berperan dalam fungsi-fungsi kemasyarakatan sebagai tokoh panutan, ketua RT/RW, Karang Taruna, dan sebagainya. Dan di kesempatan berbeda, mereka harus menunaikan tugas-tugas keagamaan. Salah satunya menjadi khatib setiap pekan dari masjid ke masjid. Di tengah aktivitas yang padat dan berjejal-jejal tersebut seringkali persiapan untuk menyediakan naskah khutbah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat tidak sempat tertunaikan dengan baik. Dalam konteks inilah, kehadiran naskah khutbah yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sangat membantu tugas-tugas para dai, mubaligh, dan khatib. Kebutuhan ini disambut Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menyiapkan naskah khutbah Jumat secara rutin setiap pekan. Ternyata ikhtiar sederhana ini mendapat respon luar biasa dari masyarakat. Ribuan orang tergabung dalam grup-grup sosial media yang dibuat Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) dan setiap pekan mereka menanti unggahan naskah khutbah tersebut secara daring. Melihat kebutuhan yang sangat besar, Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Kabupaten Sleman kemudian menginisiasi untuk menyeleksi naskah-naskah khutbah tersebut, terutama yang relevan dengan kondisi daerah, untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Sleman, Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Kabupaten Sleman berusaha menyediakan buku khutbah Jumat yang lebih praktis dan mudah diakses para khatib di masjid-masjid. Langkah kecil ini merupakan kerja untuk menyalakan cahaya dari masjid. Kehadiran buku Menggapai Takwa: Kumpulan Khutbah Jumat Setahun ini merupakan kerja perdana untuk memenuhi kebutuhan literasi keumatan. Insya Allah, buku-buku berikutnya, terutama yang sangat dibutuhkan umat akan hadir melengkapi. Semoga kehadiran buku khutbah jumat ini memberikan manfaat yang lebih luas di tengah umat. PB - Gaza Library Publishing SN - 978-623-6579-71-8 TI - Menggapai Takwa, Kumpulan Khutbah Jumat Setahun AV - public EP - 234 ER -