%A NIM.: 20105030078 Muhammad Jiddan Dhiya’ul Haq %O Pembimbing: Drs Muhammad Mansur, M. Ag, dan Muhammad Hidayat Noor, S. Ag, M. Ag %T KISAH TALUT DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI) %X Penafsiran mengenai kisah Ṭālūt dalam al-Qur'an sering kali fokus pada nilai kepemimpinan yang dimiliki Ṭālūt. Menurut penulis, hal ini tidak sepenuhnya menggali makna asli dari kisah tersebut sebagai ibrah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis menggunakan perspektif tafsir maqāṣidī yang merupakan suatu metode penafsiran untuk memahami al-Qur’an dengan memerhatikan maksud, tujuan dari al-Qur’an itu sendiri. Fokus utama dalam pendekatan maqāṣidī adalah mengungkap dimensi maqāṣidiyyah, yang pada dasarnya bertujuan menciptakan kebaikan dan kemaslahatan bagi semua manusia. Adapun teorinya sebagaimana dirumuskan Abdul Mustaqim diantaranya adalah dengan memahami maqāṣid al-Qur’an, memahami prinsip maqāṣid al-syari’ah, dan mempertimbangkan konteks dari ayat al-Qur’an itu sendiri, baik secara internal maupun eksternal, mikro maupun makro, konteks masa lalu dan masa sekarang. Dari latar belakang tersebut, tulisan ini merumuskan tiga rumusan masalah. Pertama, Bagaimana konstruksi narasi kisah Ṭālūt dalam al-Qur’an? Kedua, Apa saja aspek maqāṣid yang ada pada kisah Ṭālūt dalam Al-Qur’an? Dan terakhir, Bagaimana relevansi kisah Ṭālūt dalam Al-Qur’an pada konteks zaman sekarang? Alurnya adalah dengan melihat kondisi historis dan genealogis ayat al-Qur’an, memahami konstruksi kebahasaan yang ada pada al-Qur’an, serta dengan mengamati aspek maqāṣid baik berupa Prinsip Maqāṣid al-Syāri’ah maupun Maqāṣid al-‘Ammah. Penelitian ini berpendapat bahwa dalam penafsiran ayat-ayat kisah yang menggunakan perspektif tafsir maqāṣidī, ayat-ayat tersebut tidak hanya dikaji dari aspek hukum, teologis historis saja akan tetapi juga mengedepankan tujuan awal yaitu mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Hasil dari penelitian ini adalah pada praktiknya dalam menggunakan metode tafsir maqāṣidī, ayat kisah khususnya kisah Ṭālūt dalam al-Qur’an memiliki distingsi dalam menemukan nilai-nilai maqāṣid karena pemahaman mufassir cenderung berbeda-beda, seperti Tafsir al-Qur’ān al-Aẓim dan Tafsir Jamī’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān yang cenderung linear, sedangkan Tafsir Fī Zhilāl al-Qur’ān, Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Miṣbah yang dalam pemahamannya lebih kritis. Aspek-aspek maqāṣid yang penulis temukan, yaitu Prinsip Maqāṣid al-Syāri’ah berupa ḥifż al-nafs, ḥifż al-‘aql, ḥifż al-daulah, ḥifż al-nasl, ḥifż ad-dīn, ḥifż al-māl. Sedangkan maqāṣid al-‘ammah penulis menemukan tiga aspek, yaitu kebebasan untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab dengan konsekuensinya, nilai keadilan Allah dalam memilih Ṭālūt sebagai seorang raja karena kualitasnya dan nilai kesetaraan sesama umat manusia, dan terakhir nilai kemanusiaan untuk memberi kesempatan kepada yang orang lain. %K Tafsir Maqasidi, Qaṣaṣ al-Qur’an, QS. Al-Baqarah [2]: 246-252, Kisah Talut %D 2024 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib66020