%0 Thesis %9 Masters %A Rajendra Rahmat Ramadhan, S.Ag, NIM.: 22205011024 %B FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2024 %F digilib:66053 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Hermeneutika, Islamisasi Ilmu, Arkeologi Pengetahuan %P 249 %T KRITIK HAMID FAHMY ZARKASYI TENTANG HERMENEUTIKA DALAM ISLAMISASI ILMU (PERSPEKTIF ARKEOLOGI PENGETAHUAN MICHEL FOUCAULT) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/66053/ %X Pandangan para pemikir tentang teori Hermeneutika sampai saat ini masih problematis, kritik dan komentar paling keras terhadap Hermeneutika ini muncul dari ranah agama-agama yang harus diakui merupakan ladang paling subur bagi lahirnya “klaim kebenaran”. Di Indonesia, Hamid Fahmy Zarkasyi yang dikenal sebagai tokoh Islamisasi Ilmu adalah yang paling kritis dalam menentang Hermeneutika. Mengenai kritik Hamid, dapat kita lihat dalam karyanya seperti buku, jurnal, seminar dan sikap keberatannya terhadap teori ini. Oleh karna itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana arkeologi pengetahuan Hamid?, mulai dari bagaimana pengetahuannya terbentuk, dikembangkan dan didistribusikan. Selain itu, mengapa ia mengkritik penggunaan Hermeneutika dalam Islamisasi Ilmunya?, penelitian ini berupaya menelusuri wacana, relasi dan makna di balik fakta. Jenis penelitian ini masuk dalam kategori kajian pustaka (literature research), penyajian data riset ini dilakukan secara kualitatif menggunakan pendekatan Arkeologi Pengetahuan dari Michel Foucault. Prosesnya terdiri dari: pengumpulan sumber (heuristik), analisis-kritis, verifikasi dan penulisan. Studi ini merupakan cara untuk mengumpulkan data dari pelbagai karya Hamid Fahmy Zarkasyi dan dilengkapi dengan wawancara. Berdasarkan kajian dan analisis, tesis ini memiliki dua kesimpulan. Pertama, Arkeologi Pengetahuan Hamid Fahmy Zarkasyi dimulai saat ia menemukan kesamaan Framework berfikirnya ketika berguru dengan Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Alparslan Acikgenc di Internasional Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Secara Genealogis, al-Attaslah yang nantinya menjadi rantai-wacana pengetahuan Hamid. Kemudian, mereka menjadikan konsep Worldview Islam sebagai cara pandang Islam tentang realitas dan kebenaran. Dari wacana Worldview Islam ini, dilanjutkan dengan Islamisasi Ilmu, yang disemaikan Hamid di Gontor sejak 2006 hingga saat ini. Dari wacana Islamisasi Ilmu, Hamid kemudian berpendapat bahwa Hermeneutika tidak sesuai dengan Worldview Islam. Dengan seperangkat alat ‘kekuasaan’ yang dimiliki, Hamid mendistribusikan pengetahuan-nya melalui pengajaran (seperti di kampus dan seminar) dan pelembagaan (seperti UNIDA dan INSISTS) yang Hamid pimpin. Kedua, argumentasi kritik Hamid tentang Hermeneutika diantaranya yaitu, kekhawatiran karna Hermeneutika berasal dari Barat-Kristen yang dapat membahayakan aqidah Islam, Hermeneutika memposisikan al-Qur’an sebagaimana teks-teks lain yang tidak sakral, Hermeneutika memposisikan Allah sebagai ‘the author’, Hermeneutika tidak mengikuti model prosedural dari Tafsir yang ada, Hermeneutika menyamakan setatus Hermes dengan Muhammad sebagai ‘penerima pesan’, para pendukung Hermeneutik adalah mereka yang sudah dihegomoni Worldview Barat (pluralitas pemahaman). Hermeneutika dianggapnya sebagai ‘westernisasi ilmu’ dan ‘tantangan dalam peradaban Islam’. Maka solusi dari masalah ini, menurut Hamid adalah dengan menjadikan Worldview Islam sebagai cara pandang, dan gagasan Islamisasi Ilmu sebagai konsep metodologisnya. %Z Pembimbing: Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag.