@phdthesis{digilib66971, month = {August}, title = {RESISTENSI SANTRIWATI DALAM PRAKTEK BUDAYA POPULER KOREAN WAVE PONDOK PESANTREN AL WAHBY BANTUL}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 20107020039 Aulya Tri Ananda}, year = {2024}, note = {Pembimbing: Agus Saputro, M.Si}, keywords = {Resistensi, Korean Wave, Santriwati}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/66971/}, abstract = {Korean Wave atau Hallyu merupakan budaya populer berasal dari Korea Selatan yang menyebar dan disukai banyak orang termasuk di Indonesia. Pondok Pesantren Al Wahby yang terletak di Bantul salah satunya yang terpapar akan budaya populer Korean Wave. Santriwati Pondok Pesantren Al Wahby mengkonsumsi produk dari Korean Wave diantaranya: K-Pop, K-Drama, K-Komik, K-Food, K-Beauty dan Fashion. Tindakan mengkonsumsi budaya populer Korean Wave santriwati yaitu fangirling. Santriwati di Pondok Pesantren Al Wahby harus mengikuti aturan yang berlaku, maka dengan adanya aturan ini santriwati harus mempunyai strategi untuk mengkonsumsi budaya populer Korean Wave. Penelitian ini menggunakan Teori Resistensi oleh James C. Scott dimana terdapat dua bentuk resistensi yaitu resistensi terbuka dan tertutup. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Temuan penelitian ini menunjukan bentuk resistensi yang dilakukan oleh santriwati dalam mengkonsumsi budaya populer Korean Wave yaitu: tidak adanya tindakan resistensi terbuka yang bisa dilihat dengan tidak adanya tindakan yang menimbulkan konflik yang dapat mengubah sistem di Pondok Pesantren Al Wahby. Selanjutnya, adanya tindakan resistensi tertutup yang dilakukan santriwati dalam mengkonsumsi budaya populer Korean Wave dengan adanya tindakan perlawanan yang dilakukan oleh santriwati berdasarkan jenjang pendidikan. Santriwati yang berstatus pelajar, mereka melakukan tindakan perlawanan yaitu: meminjam handphone teman sekolah, menitipkan handphone milik santriwati ke teman sekolahnya, menggunakan handphone pondok dengan alasan menunjang kegiatan belajar sekolah dan juga menggunakan komputer perpustakaan sekolah untuk mengkonsumsinya. Santriwati berstatus mahasiswi dapat menggunakan media elektronik di lingkungan pondok pesantren sehingga mereka dapat secara diam-diam untuk mengkonsumsi budaya Korean Wave. Tindakan perlawanan yang dibedakan ini karena adanya perbedaan terhadap aksesibilitas media elektronik yang berkaitan dengan aturan yang berlaku di Pondok Pesantren Al Wahby} }