%A NIM.: 15690042 Nurhidayati %O Pembimbing: Rachmad Resmiyanto, S.Si., M.Sc %T PARADIGMA PROFETIK UNTUK ILMU FISIKA: Studi Kasus Diskusi Pekanan Prophetic Intellectual Community di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada %X Paradigma profetik sebagai suatu kerangka berpikir kenabian dalam pelbagai perspektif, mulai dari perspektif profetik Katolik, profetik Kristen, profetik Islam, profetik Hindu, dan sebagainya. Paradigma profetik Islam berusaha diterjemahkan dalam ruang diskusi pekanan profetik Masjid Kampus UGM di Yogyakarta untuk disiplin ilmu yang ada di UGM, baik ilmu alam, ilmu sosial maupun humaniora. Diskusi profetik ini terdokumentasi dengan baik di saluran youtube Masjid Kampus UGM yaitu https://www.youtube.com/c/MasjidKampusUGM. Diskusi profetik tersebut berkembang sesuai dengan perspektif narasumber tentang makna dan pemahaman paradigma profetik dalam bidang ilmu yang ditekuni. Penelitian ini berusaha memaparkan bagaimana simpul pemahaman paradigma profetik untuk ilmu fisika dalam Diskusi Pekanan Prophetic Intellectual Community di Masjid Kampus UGM. Jenis penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat deskriptif-analitiskritis. Sumber data yang digunakan berupa video diskusi profetik yang berkaitan dengan ilmu fisika pada saluran youtube Masjid Kampus UGM. Hasil penelitian menunjukkan rumusan paradigma profetik untuk ilmu fisika dalam diskusi profetik. 3 unsur implisit (informasi tidak nampak) dalam paradigma profetik meliputi: (1) asumsi dasar (basis epistemologi); (2) nilai-nilai (basis aksiologi); dan (3) model-model (basis ontologi). Secara umum, pada basis epistemologi narasumber tidak melakukan refleksi filosofis dari ilmu fisika serta belum mengektraksi ayat-ayat Al-Qur‟an, yang baru dilakukan hanya mencari relasinya. Keterhubungannya dengan asumsi dasar karena tidak dilakukannya refleksi filosofis sehingga pada basis aksilogi ini narasumber seolah menganggap bahwa sains itu netral. Hakikat objek (basis ontologis) dalam ilmu fisika ialah “alam”. Meskipun ayat Al-Qura‟an disitirnya, namun di sisi lain beberapa ungkapan menyiratkan pergerakan alam tidak tampak sebagai sesuatu yang memiliki ruh, tapi lebih tampak menyiratkan sebagai pergerakan secara mekanis saja. Berdasarkan hal tersebut ada ketidak koheren-an antara diskusi dengan apa yang dikehendaki paradigma profetik. Adapun narasumber yang tampak mengarah kepada konsep paradigma profetik tampaknya belum membuat key word dengan pendekatan strukturalisme transendental pada sebuah proses logika yang melihat relasi satu dengan yang lain untuk kemudian diekstraksi. %K prophetic paradigm; physics; UGM Campus Mosque %D 2022 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib67552