TY - THES N1 - Pembimbing: Drs Khoiron Nahdiyyin, M.A. ID - digilib67575 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67575/ A1 - Jazilah Nailatun Ni'mah, NIM.: 01110429 Y1 - 2005/12/06/ N2 - Pemahaman tentang berkah sudah cukup dikenal dalam masyarakat Islam. Meski istilah ini berawal dari istilah yang sudah mapan dan dikenal di kalangan masyarakat Arab, bahkan semenjak sebelum Islam datang, tapi pemahaman tentangnya diterima oleh Islam dan dikukuhkan oleh Qur'an. Hal ini nampak pada beberapa ayat yang menuturkan tentangnya. Secara urnum berkah dipahami sebagai tetapnya sesuatu kebaikan Ilahiyyah dan diartikan pula dengan tumbuh dan bertambah. Pada masyarakat Arab dahulu, konsep tentang kebaikan dalam berkah ini berkaitan dengan sesuatu yang dapat membantu mereka mempertahankan hidup dan melangsungkan perkembangannya. Karena kondisi alam yang tandus dan kondisi social masyarakat yang keras, mereka merepresentasikan kebaikan tersebut pada keberadaan unta, air, awan, tanaman yang bertahan di tanah gersang, juga anak laki-laki. Dan berharap unsure-unsur tersebut dapat bertahan untuk mereka sehingga kemudian mampu membantu mereka menunbuhkan dan mengembangkan kehidupan individual dan sosial mereka. Al-Qur'an yang diyakini sebagai representasi wahyu Tuhan, memperkenalkan dirinya kepada manusia melalui bahasa (Arab) yang tentu saja juga menyertakan segala konsep yang menyertainya. Akan tetapi, walaupun menggunakan kosa kata yang digunakan oleh masyarakt Arab yang ditemuinya ketika ayatnya turun, tak jarang al-Qur'an mengubah pengertian semantic dari kata-kata tersebut. Hal ini karena al-Qur'an ingin mencapai tujuannya, yaitu sebagai rahmah bagi seluruh alam: Karena itulah dia ingin menjadikan pesannya sebagai sebuah nilai yang mampu dipahami oleh seluruh manusia di dunia. Termasuk juga dengan nilai pesan berkah dalam al-Qur'an. Al-Qur'an sebelum terakumulasikan ke dalam satu mushaf, tak lain adalah sebuah ujaran (Kalamullah) yang memiliki pesan untuk disampaikan kepada manusia. Sebagai sebuah ujaran yang memiliki pesan, al-Qur'an tak lain adalah mitos. Seperti yang dikatakan Arkoun bahwa al-Qur'an adalah tuturan mitis dari sebuah struktur. Hal ini karena mitos, seperti diungkapkan oleh Barthes, adalah suatu jenis tuturan, sebuah sistem komunikasi, yang membawakan pesan. Setiap tuturan yang memiliki pesan adalah mitos. Berbeda dengan bahasa, mitos tidak ada yang arbitrer. Dia senantiasa termotivasi yang mengantarkan persentuhan mitos dengan dunia yang mengitarinya; perasaan, emosi pembaca dan nilai-nilai kebudayaannya. Begitupula dengan pesan tentang berkah dalam al-Qur'an. Meski pemaknaannya memang menyerupai dengan pemaknaan awalnya yang berkaitan dengan tetapnya suatu kebaikan dan adanya sesuatu yang membantunya tumbuh dan berkembang dalam kehidupannya, tapi unsur mitis dalam pesannya menjadikan teks-teks ayat tentang berkah tidak sekedar deretan kalimat yang hanya sekedar memuat pengertian berkah. Ayat-ayat tersebut pada tataran mitos menjadi sebuah penanda. Penanda yang dalam hubungannya dengan petandanya kemudian menjadi sebuah diri yang ambigu. Terkadang kosong, yakni menyatu dengan konsepnya. Terkadang penuh di mana dia terpisah dengan konsepnya, dan terkadang niscaya sebagai bangunan bentuk dan konsep. Sehingga dengan ambiguitas ini, akan hadir tiga pemahaman yang berbeda terhadap teks-teks berkah; apakah akan masuk pada pemahaman yang dibuat oleh pembuat pesan, ataukah akan menjadi analis atau ahli mitos, ataukan akan benar-benar menjadi seorang pembaca mitos. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Qur'an; Makna Kata ; Berkah M1 - skripsi TI - Mafhum Ayat Al Barakah Fi Al Qur'an (DIrasah Tahliliyah Fi Daw? Nazriyyah Simyai'iyah Dalaliyah Barthesiyah) AV - restricted EP - 71 ER -