%A NIM.: 20205031011 Susilo %O Pembimbing: Prof. Dr. Muhammad, M.Ag. %T PENAFSIRAN MUHAMMAD HUSAYN TABATABA’I ATAS TEGURAN AL-QUR’AN KEPADA RASULULLAH SAW %X Penafsiran ayat-ayat teguran dalam al-Qur'an telah menjadi salah satu topik kontroversial dalam sejarah tafsir al-Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an ini, yang menegur Rasulullah Muhammad Saw. atas tindakan tertentu, sering diperdebatkan mengenai apakah mereka menunjukkan "kesalahan" beliau atau tidak. Sebagian peneliti menganggap pembahasan tentang kesalahan Rasulullah Saw. sebagai hal yang wajar dan bebas dibahas. Sebaliknya, peneliti lain menekankan bahwa Rasulullah Saw. selalu terlindungi dari kesalahan, bahkan sejak sebelum diangkat sebagai nabi. Kontroversi ini terlihat jelas dalam tafsir surah 'Abasa (80): 1-12, yang sering dipahami sebagai teguran Allah atas sikap Rasulullah Saw. terhadap Ibnu Ummi Maktum. Namun, Ṭabāṭabā’ī dalam Tafsir al-Mizan menolak pandangan bahwa subjek teguran tersebut adalah Rasulullah Saw., dan mengaitkannya dengan salah seorang dari Bani Umayyah. Begitu pula dengan beberapa ayat teguran terhadap Rasulullah Saw. yang lain dalam Tafsir al-Mizan yang memiliki sisi “perbedaan” dan “keunikan” tersendiri. Penelitian ini mengeksplorasi narasi tafsir Ṭabāṭabā’ī mengenai ayat-ayat teguran serta faktor-faktor yang mempengaruhi penafsirannya, dalam konteks perdebatan teologis. Penelitian ini akan berfokus pada penafsiran Ṭabāṭabā’ī tentang ayat-ayat teguran kepada Rasulullah Saw. dan kaitannya dengan konsep ‘ismah al-anbiya’. Penelitian ini juga akan mengevaluasi relevansi penafsiran Ṭabāṭabā’ī dalam konteks kekinian. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan kualitatif, dengan fokus pada karya tafsir Ṭabāṭabā’ī, al-Mizan fi Tafsir al-Qur`an. Data akan dianalisis melalui perspektif teori ‘ismah untuk memahami alasan di balik penafsiran Ṭabāṭabā’ī terhadap ayat-ayat teguran tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ṭabāṭabā’ī dalam upaya menafsirkan ayat-ayat teguran al-Qur’an atas Rasulullah Saw. selalu berusaha menakwilkan/mengarahkan bahwa subjek yang ditegur bukanlah Rasulullah Muhammad Saw., melainkan orang/pihak yang berkaitan dengan Nabi pada konteks tiap ayat. Penafsiran ini sangat dipengaruhi nuansa teologis yang dianut oleh Ṭabāṭabā’ī utamanya terkait doktrin ‘ismah yang diyakini di kalangan Syi’ah, Syi’ah Imamiyah khususnya. Dalam perkembangan wacana ‘ismah di era kontemporer narasi tafsir Ṭabāṭabā’ī menunjukkan keberlangsungan corak tradisionalis versi Syi’ah disaat wacana ini telah menemukan perkembangannya yang baru di tangan para pemikir reformis seperti al-Dihlawi, Ahmad Khan, dan Muhammad Abduh. Penelitian ini menunjukkan kelindan yang nyata antara posisi teologis Syi’ah Imamiyah disatu sisi, dan narasi tafsir ayat-ayat teguran di sisi lain %K Pemikiran Tabataba’i, Ayat-Ayat Teguran,‘Ismah, Tafsir Al-Mizan %D 2024 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib67745