TY - THES N1 - Pembimbing: Dr. M. Alfatih Suryadilaga M. Ag ID - digilib67952 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67952/ A1 - Taufiq Ibadi, NIM.: 05530059 Y1 - 2011/01/31/ N2 - Sedikit dari anak bangsa Muslim di banyak belahan bumi yang melakukan aksi serangan terhadap Barat atau perang terbuka, atau malah aksi terorisme yang banyak merugikan umat Islam sendiri daripada memuliakannya. Sebagian dari mereka menjadikan nasionalisme sebagai sebab perjuangannya, sebagian yang lain melihat ayat-ayat Al-Qur'an sebagai dalil dari aksi-aksinya. Meskipun semua ini terjadi karena ketidakadilan Barat, penjajahan dan hegemoni serta sikap mendua Barat, menjadikan Al-Qur'an sebagai dalil aksi-aksi penyerangan terhadap kepentingan Barat harus dilandasi dengan kedalaman ilmu dan kajian yang luas. Hal ini demi menghindari kesalahan tafsir atau penyelewengan makna yang akan merusak makna Islam dan misi Al-Qur'an itu sendiri. Hasan Al-Banna dan Jama'ah Ikhwanul Muslimin yang didirikannya merupakan gerakan kontemporer yang mengembalikan pentingnya jihad dalam tubuh umat Islam, bahkan mereka membuktikannya sendiri dalam perang Palestina (1948) dan perang Terusan Suez melawan penjajahan Inggris di Mesir. Pemikiran Hasan Al-Banna tentang qital atau perang dalam Islam tertuang dalam beberapa tulisannya dalam majalah-majalah Ikhwanul Muslimin maupun dalam ceramah-ceramahnya yang dibukukan para muridnya. Pemikiran Hasan Al-Banna, termasuk bagaimana ia memahami jihad ? lebih khusus lagi tentang qital atau perang ? menjadi penting ditulis karena jama'ah yang didirikannya ini telah menginternasional (lebih dari 70 negara di dunia), menjadi rujukan gerakan-gerakan pembaharu sesudahnya, diterima banyak pemikir dan ilmuwan Muslim, bahkan kemudian menjadi arus utama pemikiran Islam di beberapa negara. Untuk menjawab bagaimana Hasan Al-Banna menafsirkan ayat-ayat qital dalam Al-Qur'an dan metode apa yang digunakannya, penulis menggunakan metode deskriptif dan interpretatif, yaitu usaha menguraikan secara teratur mengenai seluruh konsepsi tokoh dilanjutkan dengan penyelaman untuk menangkap makna dan nuansa yang dimaksud seorang tokoh secara khas. Hasan Al-Banna memiliki dua metode dalam menafsirkan Al-Qur'an. Pertama, ia telah menentukan terlebih dahulu langkah-langkah yang akan ditempuhnya lalu melanjutkan ke penafsiran sebagaimana saat ia melanjutkan tafsir Al-Manar dan ketika memulai kajian tafsir pada majalah Asy-Syihab, ia menamai metodenya dengan Maqashid Al-Qur'an. Sedangkan metode yang kedua, Imam Hasan Al-Banna tidak menentukan metode apapun; apa yang terlintas dalam hati dan tergerak untuk disampaikan, maka beliau sampaikan, tergantung dengan situasi politik dan sosial yang dihadapi umat Islam pada saat itu. Hasan Al-Banna sangat mewanti-wanti tujuan berperang. Bagi seorang Muslim, tujuan yang dibenarkan dalam perang harus terbebas dari tujuan materi. Di antara yang diperbolehkan yaitu: mempertahankan kehormatan, membela tanah air, menolong yang lemah, menyebarkan keadilan, serta menyampaikan risalah Allah di muka bumi. Selain tujuan, yang banyak dibahas oleh Imam Hasan Al-Banna adalah adab atau aturan bagaimana seorang Muslim berperang, dan juga pelajaran berharga dari peperangan-peperangan terdahulu. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Hasan Al-Banna KW - Qital (Perang) dalam Islam KW - Maqashid Al-Qur'an M1 - skripsi TI - MAKNA QITAL DALAM AL-QUR'AN MENURUT HASAN AL-BANNA (KAJIAN TERHADAP KITAB MASAQID AL-QUR'AN AL KARIM) AV - restricted EP - 102 ER -