TY - THES N1 - Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag. M.Si. ID - digilib68523 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68523/ A1 - Zainul Ashri, NIM.: 22205031035 Y1 - 2024/07/16/ N2 - Diskursus isu perempuan, yakni terkait dengan relasi antara perempuan dan laki-laki masih terjebak pada penafsiran yang patriarki. Seperti kebanyakan mufasir awal dalam menafsirkan Qs. al-Baqarah [2]: 228, yakni perempuan boleh menjadi saksi dengan jumlah dua orang, sebab perempuan dinilai kurang dalam agama dan akalnya. Tafsir fai? ar-Ra?m?n karya KH. ?ali? Darat yang lahir di tengah kontes gerakan pembebasan perempuan oleh Kartini dianggap memiliki keterpengaruhan yang mengarah pada pembelaan atas isu perempuan masa itu, sebab kitab tafsir KH. ?ali? Darat dipahami lahir atas permintaan Kartini. Namun kenyataannya, penafsiran KH. ?ali? Darat cenderung tekstualis untuk menanggapi isu perempuan masa itu. Maka dari itu dalam penelititan ini memfokuskan kajian pada: 1) bagaimana bentuk penafsiran KH. ?ali? Darat atas isu perempuan dalam Qs. al-Baqarah? dan 2) mengapa penafsiran KH. ?ali? Darat atas isu perempuan dalam Qs. al-Baqarah cenderung tekstualis di tengah konteks munculnya gerakan pembebasan perempuan? Untuk menjawab fokus kajian tersebut, penelitian ini menggunakan studi penelitian dan pendekatan Hermeneutika yang sifatnya studi kepustakaan dan analisis-deskriptif. Adapun hermeneutika yang digunakan ialah hermeneutika Hans Georg Gadamer, karena hermenutika ini relevan untuk mengkaji proses munculnya sebuah pemahaman/penafsiran. Adapun hasil temuan penelitian ini, yaitu bentuk penafsiran KH. ?ali? Darat atas isu perempuan dalam Qs. al-Baqarah adalah penafsiran tekstualis, sebab ayat yang ditafsirkan merupakan ayat hukum. Bukti penafsirannya tekstualis yakni KH. ?ali? Darat menafsirkan ayat dengan menjelaskan makna ayat secara umum dan makna isyarinya, menjelaskan konteks ayat pada zaman dahulu dengan asb?b an-Nuz?l, dan tidak mengarah pada isu perempuan di zamannya, yakni gerakan pembebasan perempuan oleh Kartini. Adapun faktor yang menyebabkan penafsiran KH. ?ali? Darat atas isu perempuan cenderung tekstualis di tengah konteks munculnya gerakan pembebasan perempuan yakni: pertama, faktor dari refleksi sejarah intelektual yang cenderung pada ilmu fikih dan tasawuf, menyebabkan KH. ?ali? Darat menafsirkan ayat isu perempuan dengan menekankan hukum dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Kedua, faktor tradisi pesantren dengan tradisi pemikiran sunni, menyebabkan KH. ?ali? Darat mengutip pendapat ulama mujtahid dalam melakukan penafsiran. Ketiga, faktor otoritas penafsiran sunni menyebabkan KH. ?ali? Darat tidak menggunakan ra?yu semata, sehingga penafsiran isu perempuan dalam Qs. al-Baqarah berangkat dari penafsiran terdahulu dan bukan berangkat dari permintaan Kartini. Penelitian ini setidaknya memberikan kontribusi pada keniscayaan penggunaan hermeneutika sebagai metode dan pendekatan dalam penelitian IAT, terlebih pada kajian tokoh tafsir dan sebagai kritikan atas kebanyakan riset terdahulu yang menggunakan teori hermenutika Gadamerian secara keseluruhan dalam melakukan analisis penelitian, sebab teori akan relevan digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Penafsiran KH. ?ali? Darat KW - Isu Perempuan KW - Studi Hermeneutika M1 - masters TI - ISU PEREMPUAN DALAM SURAH AL-BAQARAH (STUDI HERMENEUTIKA ATAS PENAFSIRAN KH. SALIH DARAT DALAM TAFSIR FAID AR-RAHMAN) AV - restricted EP - 160 ER -