%0 Thesis %9 Masters %A Adnan Adwitama, NIM.: 20200011028 %B PASCASARJANA %D 2024 %F digilib:68589 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K gerakan sosial, Green Movement Protest, perempuan Iran, relasi kuasa. %P 119 %T GREEN MOVEMENT PROTEST DAN RELASI KUASA PEREMPUAN DI IRAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68589/ %X Green Movement Protest merupakan aksi protes yang meledak setelah terjadinya pemilihan umum presiden Iran ke-10 dan dimenangkan oleh petahana Mahmoud Ahmadinejad. Gerakan ini bisa dikatakan sebagai hasil dari kebijakan masa lalu yang kelam bagi perempuan Iran. Green Movement Protest bertransformasi sebagai wadah bagi suara-suara perempuan. Perjuangan yang dilakukan oleh perempuan Iran dilakukan secara bertahap dan kontinu demi hak-hak yang harus dimilikinya. Bentuk perjuangan yang dilakukan tidak hanya melalui aksi protes secara langsung di jalanan atau pemberontakan kecil-kecilan lainnya. Akan tetapi, mereka juga menggaungkan perlawanan-perlawanannya terhadap rezim melalui dunia maya seperti pada berbagai platform media sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan melacak, serta memberikan perspektif baru dalam diskursus relasi kuasa gerakan sosial, khususnya para perempuan di Iran pada masa Iran Spring atau lebih familiar dikenal dengan Green Movement Protest pada tahun 2009. Dalam menganalisis gerakan perempuan Iran pada masa Green Movement Protest tersebut peneliti menggunakan konsep gerakan sosial dengan tiga komponen utama yaitu, political opportunity, mobilizing structure, dan framing process. Selain itu, peneliti juga menggunakan teori relasi kuasa perempuan Jo Rowlands dengan empat aspeknya, yaitu power over, power to, power with, dan power within. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa gerakan perempuan di Iran pada masa Green Movement Protest didasari oleh tidak terpenuhnya hak-hak perempuan di Iran. Gerakan sosial perempuan dilakukan dengan cara melakukan aksi demonstrasi di jalan-jalan dan di media sosial, sehingga dikenal adanya gerakan revolusi twitter. Selain itu, para perempuan membentuk kelompok informal seperti Mothers in Mourning dan Mother for Peace. Tidak hanya gerakan dunia nyata, para perempuan di dunia maya juga membentuk website-website yang menyatukan mereka dalam membahas tentang hak-hak asasi perempuan dan strategi untuk memperjuangkan hak-hak tersebut. %Z Pembimbing: Prof. Dr. H. Ibnu Burdah, S.Ag., M.A.