%0 Thesis %9 Masters %A Hafidhuddin, NIM.: 20205031035 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2024 %F digilib:68606 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Jaringan Ulama, Karya Hadis Palembang, Genealogi Foucault %P 127 %T JARINGAN ULAMA PALEMBANG ABAD 18-20 M DALAM KAJIAN HADIS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68606/ %X Ulama Palembang telah memainkan peranannya pada awal abad 18 M., hal ini ditandai dengan adanya sejumlah ulama yang fokus dalam periwayatan, pengajaran, dan penyalinan bahkan melahirkan karya-karya hadis. Secara historis, ulama Palembang membuka pintu bagi tersebarnya sanad hadis di Nusantara- Haramain. Sebaran genealogi intelektual inilah yang terkadang abai dalam sejumlah penelitian, condong pada narasi-narasi tarekat. Padahal peran Palembang dalam bidang hadis cukup diperhitungkan di berbagai belahan dunia Islam. Jalur sanad yang saat ini menyebar luas di Nusantara, bahkan dunia Islam hingga akhir abad 20 M., poros utama sanad itu terkoneksi dengan Syekh Ja’far al-Falimbani, dengan maha guru utamanya, Syekh Muh}ammad al-Babili al-Mis}ri. Gagasangagasan yang tertuang di dalam karya-karya ulama Palembang memberi inspirasi bagi lahirnya peradaban kajian hadis di Nusantara, meski lebih banyak bersifat antologi. Berpijak pada hal demikian, ada dua pokok masalah: pertama, bagaimana proses transmisi hadis di Palembang?; kedua, mengapa jaringan ulama Palembang termarginalkan dalam kajian hadis di Nusantara?. Kerangka berpikir Michel Foucault mengenai arkeo-genealogi, dijadikan sebagai teori dalam penelitian ini. Foucault mengenalkan dua sistem analisis, untuk membongkar episteme, yaitu arkeologi dan genealogi. Arkeologi digunakan untuk mengungkap sistem dan model pemikiran hadis yang telah berkembang di Palembang. Maka teks, arsip dan dokumen dibutuhkan untuk mengungkap sistem dan model gerak sejarah. Konsep genealogi Foucault dipakai untuk memperlihatkan gerak perkembangan diakronik (kronologis) dan mata rantai intelektual antar generasi dalam transmisi hadis. Konsep kekuasaan (pourvoir) berperan bagi pengetahuan, Palembang dengan kultur diaspora intelektual, transmisi hadis di lingkungan keluarga, sosioekonomi, ketokohan ulama, dan otoritas keraton menjadi bagian yang membentuk pengetahuan. Penelitian ini menghasilkan dua simpulan. Pertama, penyebaran hadis di Palembang telah berlangsung sejak era Sultan ‗Abd al-Rah}man bertahta, ada aktivitas pengajaran hadis di keraton, ada konektivitas antara keraton-sayyid dalam kajian hadis secara riwayah dan dirayah. Kemajuan ekonomi mendukung kultur diaspora intelektual yang berkembang. Selain itu, pola karya hadis di Palembang masih bersifat antologi. Pada abad 18-19 M., peranan ketokohan ulama membawa pengaruh bagi pengetahuan. Meski adanya belenggu kolonialisme, kegigihan mereka tidak surut dalam mentransmisikan madrasahmadrasah di Mekah penanda tradisi yang subur. Pasca-kemerdekaan abad 20 M., kajian hadis telah independen yang dahulu terpusat di keraton bertransformasi ke lembaga pesantren yang terorganisir, ragam narasi kajian hadis kadang dijumpai dalam teks, bersifat tekstualis namun juga ada yang bersifat kontekstual. Kedua, termarginalnya jaringan ulama Palembang terhadap kajian hadis ditengarai adanya missing link terhadap pembacaan teks-teks Palembang, yang mana hanya berkutat pada abad 19-20 M., al-Tarmasi, Syekh Hasyim Asyari, Syekh Yasin misalnya peranan mereka bidang hadis banyak dikaji setelah tokoh-tokoh lain. Seolah-olah ketokohan ulama Palembang tidak ada yang mengungguli dalam kajian hadis di Nusantara. Padahal mereka dalam transmisi hadis apabila melalui jalur Nusantara, melewati mata rantai periwayatan dari ulama-ulama bernisbat Palembang. Faktor lain, ketokohan ulama Palembang terselubungi dengan peran besarnya dalam komunitas tarekat, dan sedikitnya karya-karya hadis yang beredar, bahkan hilang membuat peneliti-peneliti kesulitan menginterpretasikannya. Selain karya-karya itu dianggap sebagai karya bidang tarekat-fikih, bukan masuk pada ranah karya hadis murni, walhasil pembacaan semacam ini akan mengaburkan peran besar ketokohan ulama Palembang dalam kajian hadis. %Z Pembimbing: Dr. Ja‘far Assagaf, M.A