@phdthesis{digilib68627, month = {June}, title = {WACANA DOMINAN GENDER DI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 17105020068 Ahmad Rifai Hasbi Siregar}, year = {2024}, note = {Pembimbing: Dr. Dian Nur Anna, S.Ag., M.A}, keywords = {Himpunan Mahasiswa Islam, Wacanan Dominan Gender, Relasi Kuasa}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68627/}, abstract = {Kegagalan dalam memahami konsep gender sebagai hasil dari konstruksi wacana sosial dengan pandangan bahwa gender adalah bagian dari kodrat atau ketetapan Tuhan telah menimbulkan banyak masalah. Budaya patriarki, stereotip gender, dan ketidakadilan dalam kekuasaan telah menciptakan situasi yang merugikan perempuan. Ketidakadilan ini terlihat dalam subordinasi dalam keputusan politik, stereotip, kekerasan gender, dan beban ganda di mana perempuan diharapkan untuk berhasil di karier sekaligus mengemban tugas rumah tangga, seolah itu adalah nasib mereka. Ironisnya, masalah ketidakadilan gender juga terjadi dalam organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) khususnya Cabang Yogyakarta, dengan partisipasi perempuan yang minim dalam kaderisasi maupun peranan struktural. Maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti konstruksi wacana dominan gender yang ada di tubuh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta, dan melihat marginalisasi yang terjadi serta penyebab adanya marginalisasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang difokuskan pada permasalahan atas dasar fakta yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan menelaah dokumen-dokumen secara natural. Tehnik analisis dalam penulisan ini menggunakan triangulasi atau check and re-check terhadap narasumber. Tulisan ini menggunakan teori relasi kuasa pengetahuan Michel Foucault untuk melihat hubungan kekuasaan dan pengetahuan didalam pendekonstruksian dan rekonstruksi wacana kesetaraan gender yang berjalan pada lingkup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta dan teori kesetaraan Gender untuk membaca dan menjabarkan praktik yang ada di lapangan. Penulis menemukan hasil yang menunjukkan bahwa kultur organisasi yang masih dinilai patriarki sehingga mengakibatkan terjadinya ketidaksetaraan gender, mengakibakan perempuan termarginalisasikan serta sulit untuk berintegrasi dengan baik dan memilih untuk tidak aktif. Hal ini dapat dilihat dari jenjang perkaderan dan peranan struktural yang lebih didominasi oleh anggota laki-laki dibandingkan dengan anggota perempuan.} }