%A NIM.: 22205021003 Ahmad Mirshad Alghozali %O Pembimbing: Prof. Fatimah, M.A.,P.hD %T PANDANGAN TEOLOGI KERUKUNAN KRISTEN ORTHODOX YOGYAKARTA TERHADAP HUBUNGAN ANTARUMAT BERAGAMA %X Kristen Orthodox merupakan salah satu agama yang memiliki aspek teologis yang kompleks terkait beberapa hal seperti perbedaan doktrinal dan isu eklesiologi dengan Kristen lainnya maupun agama lain, kurangnya pemahaman tentang ajaran dan praktik Kristen Orthodox di kalangan masyarakat Indonesia menambah tantangan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan umat beragama lain. Stereotip dan prasangka negatif sering kali menghambat upaya dialog dan kerja sama antaragama. Gereja Orthodox di Yogyakarta perlu menghadapi dan mengatasi hambatan ini dengan mengedukasi masyarakat tentang ajaran mereka yang inklusif serta melalui partisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama. Peneliti tertarik membahas teologi kerukunan Kristen Orthodox di Yogyakarta tentang konsep teologi kerukunan ini dan pengaruhnya terhadap hubungan antarumat beragama di Indonesia, serta alasan kenapa mereka harus memiliki pemahaman teologi kerukunan ini. Analisis pada penelitian ini menggunakan teori teologi agama-agama oleh Paul F. Knitter yang mengusulkan empat model untuk memahami teologi sebuah agama,yakni:penggantian/replacement,penerimaan/acceptance,pemenuhan/fullfilment, dan mutualitas/mutuality. Peneliti menganalisis teologi kerukunan Kristen Orthodox Yogyakarta menggunakan keempat model ini untuk mengetahui sifat teologi kerukunan mereka dan mengetahui bahwa teologi mereka masuk pada salah satu model yang diusulkan oleh Knitter dan mengkorelasikan dari data yang didapat di lapangan, dengan metode kualitatif dan dengan Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Temuan pada penelitian ini adalah kesimpulan mengenai teologi Kristen Orthodox Yogyakarta yang bersifat inklusif, karena data di lapangan membuktikan bahwa meskipun mereka mengakui keberadaan Tuhan dalam agama lain tetapi mereka tetap memiliki batasan terhadap pengakuan ini. Hal ini berdampak pada praktek teologi kerukunan mereka terhadap hubungan antarumat beragama bahwa responden pada penelitian ini telah menekankan konsep “berbaur namun tidak melebur”. Batasan inilah yang membuat teologi mereka bisa masuk kepada model pemenuhan/fulfilment, karena meskipun hidup di tengah masyarakat yang majemuk mereka tidak mencampurkan prinsip-prinsip keagamaan mereka dengan prinsip keagamaan lain. Tetapi dalam kondisi tertentu teologi mereka dapat bersifat eksklusif untuk menjaga kemurnian keyakinan terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat mereka. %K teologi kerukunan; Kristen Orthodox; inklusif %D 2024 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib68990