<> "The repository administrator has not yet configured an RDF license."^^ . <> . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB"^^ . "Sebagaimana yang telah diuraikan dalam pendahuluan, bahwa penelitian\r\nini akan diarahkan guna menjawab dua rumusan masalah yang telah penulis\r\nangkat dalam mengkaji penafsiran Quraish Shihab tentang bencana. Yaitu: (1)\r\nBagaimana penafsiran Quraish Shihab mengenai ayat-ayat tentang bencana?, dan\r\n(2) Bagaimana teologi bencana menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah? \r\nBerikut ini kesimpulan yang berhasil penulis dapatkan dari penelitian.\r\n1. Penafsiran Quraish Shihab tentang bencana dapat dilakukan melalui beberapa\r\nterm yang mengacu pada makna bencana seperti kehancuran, kematian,\r\nkebinasaan, kerusakan, dan lain sebagainya, term-term tersebut adalah\r\nmushi>bah, bala>’, fitnah, az}a>b, fasad, ‘iqa>b, tadmi>r, dan halak. Delapan term\r\nini dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: (1) Kerusakan kolektif.\r\nTerm-term yang menunjukkan pada kerusakan kolektif adalah fasad, tadmi>r,\r\ndan halak. (a) Kata fasad berarti kerusakan. Adapun kerusakan itu ada dua\r\nmacam yaitu kerusakan secara fisik, yakni kerusakan lingkungan atau bumi,\r\ndan ada juga kerusakan secara psikis atau kerusakan moral atau spiritual. (b)\r\nKata tadmi>r adakalanya berarti kehancuran dan adakalanya juga berarti\r\nkebinasaan. Datangnya suatu kehancuran dan kebinasaan terhadap suatu kaum\r\ntidak terlepas dari kedurhakaan yang telah mereka lakukan. (c) Kata halak,\r\nkata ini digunakan untuk menunjukkan kebinasaan, yang sebagian besar menunjukkan suatu kejadian tentang kehancuran yang sangat besar. (2)\r\nkerusakan secara makna. Term-term yang menunjukkan pada kerusakan\r\nsecara makna adalah bala>’, fitnah, az}a>b, dan ‘iqa>b. (a) Term bala>’ pada\r\nmulanya berarti nyata atau nampak. Namun kemudian makna itu berkembang\r\nmenjadi ujian yang dapat menampakkan kualitas keimanan seseorang. Ujian\r\ndan cobaan itu ada dua macam, adakalanya berupa sesuatu yang tidak\r\nmenyenangkan, seperti bencana. Dan ada juga ujian berupa nikmat. (b) Kata\r\nfitnah, menurut Quraish Shihab kata fitnah dalam al-Qur’an digunakan untuk\r\nmenunjukkan pada pengertian cobaan, kekacauan, dan bencana. (c) Kata az}a>b\r\ndalam al-Qur’an menunjukkan pada makna siksa. Menurut Quraish Shihab\r\nsiksa atau hukuman itu ada 3 macam, yaitu Pertama, hukuman atau sanksi\r\nyang ditangguhkan di akhirat nanti. Kedua, hukuman atau sanksi yang\r\ndicukupkan di dunia ini. Ketiga, hukuman atau sanksi yang sebagian diberikan\r\ndi dunia sebagai muqaddimah, dan sebagian lainnya di berikan di akhirat\r\nkelak. (d) Kata ‘iqa>b, kata digunakan dalam arti kesudahan yang tidak\r\nmenyenangkan atau sanksi atas pelanggaran. (3) keburukan atau bahaya yang\r\nmenimpa, yang ditunjukkan oleh term mushi>bah. Kata mushi>bah adakalanya\r\ndidefinisikan sebagai kehancuran, kegagalan dan juga kekalahan. Adapun\r\npenyebab datangnya mushi>bah adalah dari perbuatan yang telah dilakukan\r\noleh manusia itu sendiri, yakni dosa dan kemaksiatan.2. Quraish Shihab mendefinisikan bencana alam sebagai adanya\r\nketidakseimbangan pada lingkungan, yang sesungguhnya telah diciptakan oleh\r\nAllah dalam satu sistem yang sangat serasi sesuai dengan kehidupan manusia,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana. Adapun hikmah\r\ndari terjadinya bencana itu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) hikmah yang\r\nbersifat individual, seperti: (a) meningkatkan derajat keimanan seseorang, (b)\r\nmengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya, (c) Agar manusia\r\ntahu bahwa Allah mencintanya, (d) menyeleksi kualitas keimanan seseorang,yang mana ketidakseimbangan tersebut telah mengakibatkan sesuatu yang\r\nmemenuhi nilai-nilainya, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat, menjadi\r\nkehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan\r\nmanfaatnya, yang mana dampak dari itu semua adalah munculnya kekacauan.\r\nAda tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni\r\natas kehendak dan izin dari Allah. Bencana ini ada tiga macam, yaitu (1)\r\nadakalanya merupakan bentuk hukuman yang dalam al-Qur’an disebutkan\r\ndengan menggunakan mushi>bah, az}a>b, ‘iqa>b, tadmi>r dan fitnah, (2) bencana\r\nsebagai teguran yang ditunjukkan al-Qur’an dengan term fitnah dan juga\r\nmushi>bah, (3) maupun kasih sayang dari Tuhan, yang dalam al-Qur’an\r\ndisebutkan dengan menggunakan term bala>’. Kedua, bencana yang terjadi\r\nakibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia, baik perusakan\r\nterhadap alam, maupun perusakan kepada diri manusia itu sendiri, yang dalam\r\nal-Qur’an ditunjukkan dengan term fasad. Dan ketiga, adanya kedhaliman\r\nyang dilakukan oleh manusia, yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dengan kata\r\nhalak. Kemudian etika dalam menghadapi bencana yaitu dengan\r\nmengucapkan dan menghayati kalimat Inna> lilla>hi wa Inna> ilahi Ra>ji’u>n,\r\nbersabar, bertawakkal kepada Allah, dan belajar dari bencana."^^ . "2011-11-08" . . . . "UIN Sunan Kalijaga"^^ . . . "Pasca Sarjana, UIN Sunan Kalijaga"^^ . . . . . . . . . "NIM. 09213635"^^ . "Khafidhoh"^^ . "NIM. 09213635 Khafidhoh"^^ . . . . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Text)"^^ . . . . . "BAB I,V.pdf"^^ . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Text)"^^ . . . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "lightbox.jpg"^^ . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "preview.jpg"^^ . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "medium.jpg"^^ . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "small.jpg"^^ . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . . "TEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB (Other)"^^ . . . . . "HTML Summary of #6909 \n\nTEOLOGI BENCANA DALAM PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB\n\n" . "text/html" . . . "Aqidah Filsafat"@en . .